Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Jaga Hati

Bukankah hati ini sudah memohon kepada Dia untuk dijagakan? Bukankah diri ini jua sudah berjanji dan berusaha untuk tidak terlibat lagi akan urusan hati tuk jangka waktu yang lama? Lalu, mengapa kali ini urusan hati turut kembali memenuhi pikiran? Bolehkah hati ini menaruh harap kembali? Tapi bukankah sejatinya hati ini hanya boleh menaruh harap kepada Dia bukan dia? Bukankah berharap kepada dia yang lain sama saja berarti jatuh ke lubang yang sama tuk kedua kalinya? Bukankah seelok-eloknya meninggikan harap hanya tuk kepada Dia saja? Ah, iya... Harapku kali ini jua terlalu tinggi, tak akan mampu tercapai... Bagaikan bumi yang terus mengejar langit, yang tak akan pernah sampai... Bagaikan mengejar bintang yang terus melesat meninggi di angkasa. Sedangkan aku? Hanya mampu terpaku berdiam diri di muka bumi. Sebesar apapun usahaku, bukankah tak akan mampu menandinginya? Belum lagi, jika harus bersaing dengan ribuan bintang yang bersinar terang lainnya d...

Mawar Biru

Sekarang... Aku mengerti. Tidak semua orang mampu berdamai dengan dirinya sendiri. Tidak semua orang mampu merelakan. Tidak semua orang mampu menjelaskan. Sehingga, ia memilih diam dan pergi tanpa penjelasan. Tanpa peduli bahwa ada hati yang tersakiti. Aku mengerti. Terkadang menunggu itu melelahkan. Sunggu melelahkan. Namun, kadang menunggu itu berbuah manis. Namun, kadang kala jua semua itu hanya kerja bodoh semata. Menunggu terkadang bukan sebuah usaha. Namun hanya kerja sia-sia semata. Mengapa tak memilih mengungkapkan? Daripada terjebak dalam sebuah angan? Hingga akhirnya banyak yang memilih untuk pergi dan bersama yang lebih pasti. Tanpa berani mengambil risiko untuk diri sendiri. Tanpa tahu hasil pasti yang selama ini telah dinanti. Meninggalkan hati yang tersakiti termenung sendiri. Desember, 2018.

Telat

" Saya itu paling ga suka mbak sama orang yang suka telat " " Saya apresiasi sekali sama mbak ini dateng sebelum jam keberangkatan begini " " Pokoknya mbak, paling ga seneng saya sama orang yang ga bisa menghargai waktu itu " Ah, beberapa potongan kalimat obrolan aku bersama driver bus yang mengantarkan aku dari Bintaro hingga bandara masih sering terlintas di pikiran ini. Saat itu, aku membalas dengan anggukan dan tertawa kecil saja, sembari di dalam pikiran terus menerus memikirkan aku sendiri yang terkadang suka datang mepet, bahkan tak jarang juga "telat" hehe. Kebetulan saja, saat itu aku memiliki kesempatan tuk datang cukup lama sebelum waktu keberangkatan. Sejak kejadian itu, mendengarkan cerita sang bapak mengenai pengalamannya mengantar berbagai macam penumpang, aku menjadi tersadar dan terus mencoba untuk datang tepat waktu bahkan sebelum. Setelah aku pikir kembali, "telat" di sini bukan hanya pasal da...

Proses... (Part 6)

Sebelum membaca bagian ini, pastikan kalian sudah membaca tentang: Part 1: aku, kau, dia, dan pemeran kehidupan. Part 2: aku dan kau. Part 3: aku, kau, dia, dan pemeran kehidupan. Part 4: aku, selepas kau pergi. Part 5: pertanyaan. -------------------- Ini merupakan akhir cerita. Ending . Tunggu sebentar... Sejujurnya, aku pun tak tahu harus menulis apa lagi di sini? Bukankah semuanya sudah aku bahas satu per satu di tiap-tiap bagian? Baiklah, aku hanya ingin menyampaikan ini saja. Aku menulis semua ini agar tulisan ini dapat menjadi pengingat di masa yang akan datang bahwa aku pernah bercerita sedemikian panjangnya. Dari cerita ini juga aku belajar banyak pelajaran kehidupan. Tak ada maksud lain. Terima kasih yang sebesar-besarnya bagi kalian semua yang telah rela menunggu dan membaca hingga bagian ini. Maaf jika selama penulisan ini terdapat hal yang kurang berkenan. Perihal "aku"? Aku akan mencoba melanjutkan perjalanannya seperti sedia kala...

Proses... (Part 5)

Selamat pagi. Semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa untuk bahagia hari ini. -------------------- Ini tentang berbagai pertanyaan yang terus menghantui dalam benakku. Entah sampai kapan pertanyaan ini akan terus berada di dalam benakku. Dan entah sampai kapan aku harus menunggu untuk tahu akan jawabnya. Atau mungkin aku tak akan pernah tahu jawab semua ini? Jika kau membaca ini, aku mohon kepadamu untuk menjawab semua ini dengan kata hati dan pikirmu dengan sejujur-jujurnya... Maaf, aku tak bertanya langsung. Bukannya aku tak berani untuk bertanya langsung, aku takut jika hadirku kembali akan memperkeruh suasana antara kau dan dia.   Sekali lagi, aku mohon untuk jujur kepada dirimu sendiri. Halo, apa kabar? Semoga kau baik-baik saja di sana. Apakah kau bahagia di sana? Apakah kau baik-baik saja? Bagaimana keadaanmu? Karena aku sama sekali tak tahu kabarmu setelah kau pergi hari itu. Kita benar-benar layaknya orang asing yang tak pernah mengenal se...

Proses... (Part 4)

Dan aku tak tahu butuh berapa tahun untuk melupakanmu seutuhnya . Mengikhlaskan dan merelakan adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hati ini. Meski terasa naif, hingga kini, aku tak tahu caranya mengikhlaskan dan merelakan. -------------------- Ini cerita tentang aku, selepas kau pergi. Selepas kau pergi... Aku mencoba bangkit berulang kali... Aku mencoba menghindarimu, menghindarimu  baik di dunia maya maupun di dunia nyata tuk menyembuhkan diri ini... Namun, nyatanya... Lagi lagi semua itu tak ada yang berhasil Lagi lagi aku tetap teringat kepadamu. Pernah aku mencoba untuk memilih kabur, bukan menghadapinya. Pernah... Aku mencoba pergi menjauh, Aku mencoba menyibukkan diri, Aku mencoba untuk melakukan banyak hal baru, Aku mencoba untuk mengikhlaskanmu, Aku mencoba untuk merelakanmu, Sampai aku mencoba untuk membencimu. Sayangnya, semua itu tetap gagal dan kembali lagi teringat akan sosokmu. Mungkin semua ini terjadi ...

Proses... (Part 3)

Jam terus berdetik, waktu terus berjalan. Aliran air terus mengalir, hujan tetap jatuh pada saatnya. Dan aku rasa-- rasamu dulu layaknya hujan. Deras. Namun, layaknya aku lupa.. Sederas apapun hujan... Hujan tetap akan reda hingga akhirnya berhenti... -------------------- Ini cerita tentang aku, kau, dia dan pemeran kehidupan. Kadang aku larut dalam pikiranku sendiri... Sejak kapan kita menjadi seperti ini? Mencoba menyelisik akar dari semua yang mulai terjadi ini. Kadang aku bingung jua, kesalahan apa yang telah aku perbuat hingga rasa-rasanya kita menjadi seperti ini? Ingin rasanya aku berbincang bersamamu, bertanya, berdiskusi, mengapa kita menjadi seperti ini? Namun rasanya.... Apakah usia yang membuat kita menjadi seperti ini? Ataukah sang waktu yang tak pernah mengizinkan kita tuk hanya sekadar bertukar sapa? Lalu, bagaimana dengan jarak kita yang tak sedekat dulu lagi? Apakah itu penyebabnya? Dan bagaimana dengan aktivitas serta kegi...

Proses... (Part 2)

Ini cerita tentang aku dan kau. Malam semakin sunyi senyap. Seolah tak ada lagi terdengar kehidupan di sini. Tapi aku dan kau masih sibuk bercengkerama. Lupa akan esok yang akan segera menyapa. Terkadang saling menertawakan. Terkadang saling mendengarkan. Terkadang saling diam. Entah apa saja yang telah kita bicarakan, entah beribu macam topik apa yang pernah kita diskusikan? Entah berapa banyak pula dosa yang pernah kita buat dari pembicaraan. HAHAHA. Sudut kota mana lagi yang belum kita kunjungi, sobat? Panas terik atau hujan badai yang lebih sering berjumpa dengan kita? Tambal ban atau pom bensin yang perlu kita cari berikutnya? Roda dua atau roda empat? Sudah lengkapkah perlengkapan berkendara kita? Atau kau ingin mendapatkan tilang di Pos Polisi Air Mancur, sayang? Jangan ngebut, nanti ponsel kau atau aku akan jatuh di jalanan... Mau makan di mana? Mau ke mana hari ini? Terserah. Aku ikut saja. Berapa banyak potret yang telah kita ambil? Perasaan a...

Proses...

Halooo! Tulisan kali ini kemungkinan akan bersambung (serial)~ Apabila ada kesamaan nama, tempat, maupun jalan cerita mohon dimaafkan yaa^^ Saran maupun kritik sangat diharapkan^^ Happy reading ! -------------------- Ini cerita tentang aku, kau, dia dan pemeran kehidupan. Dan izinkan aku menulis tentang semua ini. 4 tahun bukan waktu yang sebentar untukku mengenalmu. Aku tak tahu apakah mengenalmu merupakan sebuah takdir atau hanya sebuah ketidaksengajaan? Aku jua tak tahu apakah aku sudah mengenalmu seutuhnya? Tapi, satu hal yang aku tahu, aku sangat berterima kasih kepada-Nya karena telah mempertemukan aku dan kau. Ah, begitu banyak memori denganmu. Kenangan. Kenangan yang aku yakin akan menjadikanku lebih kuat di masa mendatang. Terima kasih. Terima kasih karena entah dalam se-per-sekian  waktuku hidup di dunia ini, kau turut mewarnainya. Terima kasih karena kau telah berada di sampingku dalam berbagai macam skenario kehidupa...