Langsung ke konten utama

Proses... (Part 4)

Dan aku tak tahu butuh berapa tahun untuk melupakanmu seutuhnya.
Mengikhlaskan dan merelakan adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hati ini.
Meski terasa naif, hingga kini, aku tak tahu caranya mengikhlaskan dan merelakan.

--------------------

Ini cerita tentang aku, selepas kau pergi.

Selepas kau pergi...
Aku mencoba bangkit berulang kali...

Aku mencoba menghindarimu,
menghindarimu baik di dunia maya maupun di dunia nyata tuk menyembuhkan diri ini...
Namun, nyatanya...
Lagi lagi semua itu tak ada yang berhasil
Lagi lagi aku tetap teringat kepadamu.

Pernah aku mencoba untuk memilih kabur, bukan menghadapinya.
Pernah...

Aku mencoba pergi menjauh,
Aku mencoba menyibukkan diri,
Aku mencoba untuk melakukan banyak hal baru,
Aku mencoba untuk mengikhlaskanmu,
Aku mencoba untuk merelakanmu,
Sampai aku mencoba untuk membencimu.
Sayangnya, semua itu tetap gagal dan kembali lagi teringat akan sosokmu.

Mungkin semua ini terjadi karena aku sudah tak pernah merasakannya dalam jangka waktu yang lama, ya?
Sehingga semuanya terasa sulit.

Berulang kali rasanya aku ingin memperbaiki semuanya,
namun cepat cepat kutepis,
karena aku tak mau jadi “duri”.
Berulang kali juga aku mencoba untuk agar kita kembali baik-baik saja, meski “tak seperti dulu”.
Tapi rasanya semesta memang tak mengizinkan kita lagi, ya?
Rasanya tak ada kesempatan yang semesta beri untuk kita...
Rasanya kau juga tak memberi kesempatan untuk kita menjadi “baik-baik saja”—
karena aku telah berusaha mencobanya waktu itu dan aku rasa hasilnya nihil.

Waktu itu, berat hati rasanya kuputuskan untuk mencoba.
Perdebatan antara hati dan logika terus bercengkerama.
Namun, kuputuskan kali ini biarkan logika yang jadi pemenangnya.
Berharap akan ada kabar gembira.
Berharap kita kan kembali baik-baik saja.
Namun, hasilnya?
Hasilnya....
Benar-benar tak pernah terlintas di pikiranku kan begitu jadinya.

Atau aku saja yang terlalu egois karena terlalu menyalahkan keadaan dan belum mampu menerima keadaan?

Kadang aku selalu ingin bertanya, bagaimana denganmu akan semua ini?
Apakah kau baik-baik saja?

Masih begitu banyak pertanyaan yang tak ada jawabnya terus menghantui di pikiranku.
Mungkin itu juga yang menjadi alasanku, belum bisa merelakan semuanya.

Seandainya aku bisa menangis sejadi-jadinya—
mungkin bisa membuat hati dan pikiran ini menjadi jauh lebih tenang.
Namun, tak pernah bisa.
Meski rasanya berulang kali aku ingin menangis tuk melampiaskan semuanya.

Tangis terakhirku untukmu...
hanya hari itu, hari kau pergi...
Sekarang aku sudah tak peduli lagi akan tangis yang tak pernah mampu keluar itu.
Apakah ini pertanda aku telah mampu menghadapinya atau aku sudah terlalu sakit?
Percayalah aku akan baik-baik saja—
Meski hingga kini aku sendiri tak tahu kapan aku akan baik-baik saja.

Tak perlu khawatir,
aku tak akan merepotkanmu lagi dan lagi,
aku tak akan mengganggumu lagi dan lagi,
karena aku tak ingin menjadi duri di perjalanan kau, khususnya perjalanan kau dan dia.

Satu hal yang kutahu, setiap selesai aku mengadu kepada-Nya tentang semua ini,
Dia selalu menjawab dan berhasil membuat hatiku lebih tenang meski terkadang hanya sejenak.
Dan aku percaya Dia tahu dan selalu memberikan yang terbaik.

Hingga akhirnya aku mencoba tuk mengalah dan menerima semua keadaan yang akan terjadi.
Sesulit apapun itu...
Sesakit apapun itu...
Sebahagia apapun itu nanti...
Nikmati saja semua rasa yang akan datang menghampiri~
Nikmati saja semua proses ini~
Hingga nanti akhirnya aku akan terbiasa dan kembali seperti sedia kala...

Serta biarkan waktu tuk turut serta menyembuhkan bersama.






--------------------

Bersambung...


Bintaro, 5/7/19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

SMP Negeri 1 Palembang

Assalamu'alaikum! Post kali ini akan membahas singkat tentang SMP Negeri 1 Palembang yang merupakan SMP tercintaku!!:3  Post di sini juga berdasarkan pengalaman pribadi yaa~ Mari mulai SMP Negeri 1 Palembang aka spensa palembang, merupakan satu-satunya SMP peninggalan zaman Belanda di Kota Palembang. Hal ini terbukti dengan gedung bangunan lama yang bergaya zaman Belanda dengan pintu & jendela yang besar dan panjang. SMP Negeri 1 Palembang berlokasi di Jalan Pangeran Ario Kesuma Abdurohim, Talang Semut, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dulunya SMP Negeri 1 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI, namun semenjak RSBI dihapuskan SMP Negeri 1 Palembang tetap menjadi sekolah unggulan & favorit di Palembang. Dulu spensa pernah memiliki 2 jenis kelas yaitu, reguler dan bilingual. Namun, semenjak tahun 2010-2011 saat masih ada program RSBI, spensa sepenuhnya menggunakan program bilingual, kelas reguler dihapuskan. Lalu, setelah program RSBI dihapuskan ya be...

2020

Here's a recap of 2020 ... 2020 Pandemi yang mendominasi... 16 Maret 2020... Pertama kali semua kegiatan perkuliahan secara tatap muka dihentikan... Semua kegiatan di luar perkuliahan, Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, turut dihentikan... Maret - Mei masih hangat akan berita lockdown , PSBB, beserta berbagai protokol kesehatan lainnya... Akhir Mei, lebaran datang menghampiri... Juli - Agustus, tertarik akan berbagai isu perkuliahan yang akan segera dimulai atau yang sempat tertunda September - Desember, seolah sudah kembali "normal", " new normal" diiringi dengan berbagai "Adaptasi Kebiasaan Baru"... Terima kasih, 2020 telah... mengajarkan aku untuk semakin menghargai semuanya, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, semakin menyadarkan aku di atas langit masih ada langit, meyakinkan aku bahwa semua orang punya prinsip dan cara bahagianya masing-masing, berhasil membuatku untuk mengikhlaskan, menamparku bahwa untuk selalu belajar dalam segala h...