Langsung ke konten utama

Proses... (Part 3)

Jam terus berdetik,
waktu terus berjalan.

Aliran air terus mengalir,
hujan tetap jatuh pada saatnya.

Dan aku rasa--
rasamu dulu layaknya hujan.
Deras.

Namun, layaknya aku lupa..
Sederas apapun hujan...
Hujan tetap akan reda hingga akhirnya berhenti...



--------------------



Ini cerita tentang aku, kau, dia dan pemeran kehidupan.



Kadang aku larut dalam pikiranku sendiri...
Sejak kapan kita menjadi seperti ini?

Mencoba menyelisik akar dari semua yang mulai terjadi ini.
Kadang aku bingung jua,
kesalahan apa yang telah aku perbuat hingga rasa-rasanya kita menjadi seperti ini?
Ingin rasanya aku berbincang bersamamu, bertanya, berdiskusi, mengapa kita menjadi seperti ini?
Namun rasanya....

Apakah usia yang membuat kita menjadi seperti ini?
Ataukah sang waktu yang tak pernah mengizinkan kita tuk hanya sekadar bertukar sapa?
Lalu, bagaimana dengan jarak kita yang tak sedekat dulu lagi? Apakah itu penyebabnya?
Dan bagaimana dengan aktivitas serta kegiatan kita masing-masing?

Lagi-lagi, aku terus bertanya...
Sejak kapan semua ini dimulai?

Rasa-rasanya kau masih tetap menjadi pribadi yang dulu, dan akupun begitu....
Ataukah aku saja yang tidak pernah sadar akan perubahan itu?
Ataukah justru aku yang berubah?
Hingga akhirnya kita menjadi seperti ini...

Sekuat apapun pikiran itu muncul,
sekuat itu pula aku menepis pikiran itu.
Karena aku tahu, kau tak pernah berubah...
Kau masih orang yang sama dengan orang yang aku kenal dahulu,
seseorang yang mampu membuatku bangkit di saat aku terpuruk,
seseorang yang mampu melihat tangisku ini,
seseorang yang mampu membuatku tenang meski tidak mengatakan sepatah kata apapun.

Banyak orang berkata, "Tinggalkan saja, kau berhak lebih bahagia".
Tapi aku dengan sepenuh hati yakin, menjawab tidak kepada mereka, karena aku tahu kau tidak seperti itu dan percaya bahwa aku akan bertahan.
Meski kadang perkataan itu terus mengusikku berhari-hari~
Dan, aku juga tahu, bahagiaku, aku yang menjalani. Ini hidupku. Bukan hidup mereka.

Kadang, jalanan tak selamanya mulus bukan?
Terkadang aku juga tersandung dengan batu kecil dalam menjalaninya~
Terkadang aku juga sempat terjatuh ke sebuah lubang dalam menjalaninya~
Terkadang aku juga sempat berbelok arah dalam menjalaninya~
Terkadang aku juga sempat berpikir untuk terhenti di tengah perjalanan~
Dan kadang aku memutuskan untuk berhenti di tengah perjalanan dan putar balik~
Namun, selalu saja ada hal yang menyadarkanku,
bahwa tidak seharusnya aku tersandung,
tidak seharusnya aku terjatuh ke sebuah lubang,
tidak seharusnya aku berbelok arah,
tidak seharusnya aku berhenti.
Karena, aku dan kau sedang menjalaninya, bukan?
Meski, aku sempat bimbang akan tawaran "salah ambil arah" yang sepertinya jauh lebih menggiurkan...
Namun, aku bersyukur, aku dapat segera tersadar sebelum aku lebih jauh berjalan di arah yang salah, bahwa aku harus kembali ke awal, bukan arah ini.
Lagi-lagi, kesempatan tuk tersandung batu kecil, jatuh ke sebuah lubang, berbelok arah...
datang bukan hanya sekali, namun kesempatan itu datang berkali-kali dengan tawaran yang sepertinya jauh lebih menggiurkan.
Keputusanku untuk berhenti di tengah perjalanan ini juga kadang terus menghantuiku.
Aku terkadang lelah, karena aku merasa seolah sedang berjalan sendiri saja tanpa kau disampingku menemani.
Bukankah ini perjalanan kita bersama?
Namun, aku tahu, aku harus menghindarinya. H a r u s. Sebuah keharusan.
Hingga, akupun terus berjalan mengikuti kau, tanpa mengindahkan yang lain sedikitpun lagi.

Akankah kita punya waktu kembali untuk hanya bertukar sapa secara langsung?
Ingin rasanya, 5 menit saja bertemu dengan kau untuk bertukar sapa atau membahasnya--
Namun, rasanya sang waktu tak pernah mengizinkan kita~
Terlalu sibuk akan diri kita masing-masing~

Hingga akhirnya...
Jarak yang terus menjauh,
waktu yang terus berjalan,
komunikasi yang seolah tak pernah terjalin lagi.
Sampai pada puncaknya...

Sesuatu hal yang begitu aku takutkan terjadi.
Kau dan aku tak mampu melanjutkan perjalanan ini.
Kita terhenti di tengah perjalanan,
menghilang tanpa penjelasan.
"Dia".
Kau pergi bersama dia.

Apakah kau jua sedang salah arah saat ini?
Ataukah kau memang menginginkan perjalanan ini terhenti?


--------------------

Bersambung...


Lahat, 8/6/19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

SMP Negeri 1 Palembang

Assalamu'alaikum! Post kali ini akan membahas singkat tentang SMP Negeri 1 Palembang yang merupakan SMP tercintaku!!:3  Post di sini juga berdasarkan pengalaman pribadi yaa~ Mari mulai SMP Negeri 1 Palembang aka spensa palembang, merupakan satu-satunya SMP peninggalan zaman Belanda di Kota Palembang. Hal ini terbukti dengan gedung bangunan lama yang bergaya zaman Belanda dengan pintu & jendela yang besar dan panjang. SMP Negeri 1 Palembang berlokasi di Jalan Pangeran Ario Kesuma Abdurohim, Talang Semut, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dulunya SMP Negeri 1 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI, namun semenjak RSBI dihapuskan SMP Negeri 1 Palembang tetap menjadi sekolah unggulan & favorit di Palembang. Dulu spensa pernah memiliki 2 jenis kelas yaitu, reguler dan bilingual. Namun, semenjak tahun 2010-2011 saat masih ada program RSBI, spensa sepenuhnya menggunakan program bilingual, kelas reguler dihapuskan. Lalu, setelah program RSBI dihapuskan ya be...

2020

Here's a recap of 2020 ... 2020 Pandemi yang mendominasi... 16 Maret 2020... Pertama kali semua kegiatan perkuliahan secara tatap muka dihentikan... Semua kegiatan di luar perkuliahan, Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, turut dihentikan... Maret - Mei masih hangat akan berita lockdown , PSBB, beserta berbagai protokol kesehatan lainnya... Akhir Mei, lebaran datang menghampiri... Juli - Agustus, tertarik akan berbagai isu perkuliahan yang akan segera dimulai atau yang sempat tertunda September - Desember, seolah sudah kembali "normal", " new normal" diiringi dengan berbagai "Adaptasi Kebiasaan Baru"... Terima kasih, 2020 telah... mengajarkan aku untuk semakin menghargai semuanya, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, semakin menyadarkan aku di atas langit masih ada langit, meyakinkan aku bahwa semua orang punya prinsip dan cara bahagianya masing-masing, berhasil membuatku untuk mengikhlaskan, menamparku bahwa untuk selalu belajar dalam segala h...