Ini cerita tentang aku dan kau.
Malam semakin sunyi senyap.
Seolah tak ada lagi terdengar kehidupan di sini.
Tapi aku dan kau masih sibuk bercengkerama.
Lupa akan esok yang akan segera menyapa.
Terkadang saling menertawakan.
Terkadang saling mendengarkan.
Terkadang saling diam.
Entah apa saja yang telah kita bicarakan,
entah beribu macam topik apa yang pernah kita diskusikan?
Entah berapa banyak pula dosa yang pernah kita buat dari pembicaraan. HAHAHA.
Sudut kota mana lagi yang belum kita kunjungi, sobat?
Panas terik atau hujan badai yang lebih sering berjumpa dengan kita?
Tambal ban atau pom bensin yang perlu kita cari berikutnya?
Roda dua atau roda empat?
Sudah lengkapkah perlengkapan berkendara kita?
Atau kau ingin mendapatkan tilang di Pos Polisi Air Mancur, sayang?
Jangan ngebut, nanti ponsel kau atau aku akan jatuh di jalanan...
Mau makan di mana?
Mau ke mana hari ini?
Terserah.
Aku ikut saja.
Berapa banyak potret yang telah kita ambil?
Perasaan apa saja yang mampu tersalurkan dalam sebuah potret?
Sekarang, dimana kau menyimpannya?
Atau mungkin semuanya sudah kau lenyapkan?
Milikku masih tergantung di tembok kamar ini~
Tergantung entah untuk sampai kapan dan selalu menjadi pemandangan pertama acap kali aku membuka mata
Ketuk pintu terdengar di bawah
Tak lama, namaku dipanggil dari bawah
Kau datang...
Kedatangan yang tak pernah aku duga
Datang dengan boneka menggemaskan
Lain waktu, kau datang dengan kejutan tersendiri
Aku tidak tahu kau bahagia atau kau terlihat begitu canggung?
Satu hal yang aku tahu, lagi-lagi aku begitu bahagia melihatmu.
Bagaimana jalan kita menentukan masa depan?
Apakah sudah yakin dengan pilihan ini?
Apakah sudah siap semua yang dibutuhkan?
Berapa kali kita harus mengikuti ujian?
Yakin menjalani pilihan ini dengan semua rintangannya?
Karena kita masih akan terus belajar hingga kelak akan merasakan manisnya buah dari hasil yang kita tanam sendiri~
Sore itu, jangan kejar aku.
Aku bisa pulang sendiri.
Tak perlu mengikuti aku.
Tapi nyatanya kau mengikutiku sekaligus mengantarkanku hingga sampai rumah ini.
Mau lihat isi dompetku?
Silahkan.
Kau akan menemukan sebuah kertas dengan tulisan bertinta hitam ditambah coretan di sana.
Kertas merah muda dan dominan putih.
Kertas yang sudah menetap di sana kurang lebih 4 tahun dan selalu menemaniku kemanapun aku pergi.
"Mohon maaf banyak coretan, gak punya tip-x"
Ah, iya, jangan lupa ada sebuah pas foto dengan kemeja putih di sana.
Aku lupa, aku izin atau tidak ya mengambil foto itu?
Jika aku lupa, izinkan aku untuk mengambilnya ya~
Boleh aku bertanya, kapan terakhir fotoku ada di dompetmu?
Ramadhan itu, aku kehilangan dia.
Dia orang yang ku sayang.
Dan kau ada di sana menemaniku.
Entah saat itu sebuah ketidaksengajaan atau memang takdir-Nya kau dikirimkan untuk menemaniku?
Bagaimana tangisku depanmu?
Jelek bukan?
Tapi, tangisku menjadi tanda bahwa aku sangat mempercayaimu.
Entah kau tahu atau tidak, kau adalah walking diary ku.
Banyak cerita yang hanya kubagikan kepadamu, kepadamu seorang.
Jaga baik-baik semua cerita itu.
Jika kau merasa terlalu berat menyimpan cerita itu, hapus saja kenangan itu darimu~
Ingat baik-baik juga ya wajah tangisku, karena mungkin esok lusa kau tak akan pernah lagi melihatnya.
Bagaimana perjalanan pulangmu?
Melelahkan?
Terlalu jauh, ya?
Jangan pulang larut malam.
Selamat beristirahat.
Jaga selalu kesehatanmu.
Jangan lupa akan Tuhanmu.
Seolah tak ada lagi terdengar kehidupan di sini.
Tapi aku dan kau masih sibuk bercengkerama.
Lupa akan esok yang akan segera menyapa.
Terkadang saling menertawakan.
Terkadang saling mendengarkan.
Terkadang saling diam.
Entah apa saja yang telah kita bicarakan,
entah beribu macam topik apa yang pernah kita diskusikan?
Entah berapa banyak pula dosa yang pernah kita buat dari pembicaraan. HAHAHA.
Sudut kota mana lagi yang belum kita kunjungi, sobat?
Panas terik atau hujan badai yang lebih sering berjumpa dengan kita?
Tambal ban atau pom bensin yang perlu kita cari berikutnya?
Roda dua atau roda empat?
Sudah lengkapkah perlengkapan berkendara kita?
Atau kau ingin mendapatkan tilang di Pos Polisi Air Mancur, sayang?
Jangan ngebut, nanti ponsel kau atau aku akan jatuh di jalanan...
Mau makan di mana?
Mau ke mana hari ini?
Terserah.
Aku ikut saja.
Berapa banyak potret yang telah kita ambil?
Perasaan apa saja yang mampu tersalurkan dalam sebuah potret?
Sekarang, dimana kau menyimpannya?
Atau mungkin semuanya sudah kau lenyapkan?
Milikku masih tergantung di tembok kamar ini~
Tergantung entah untuk sampai kapan dan selalu menjadi pemandangan pertama acap kali aku membuka mata
Ketuk pintu terdengar di bawah
Tak lama, namaku dipanggil dari bawah
Kau datang...
Kedatangan yang tak pernah aku duga
Datang dengan boneka menggemaskan
Lain waktu, kau datang dengan kejutan tersendiri
Aku tidak tahu kau bahagia atau kau terlihat begitu canggung?
Satu hal yang aku tahu, lagi-lagi aku begitu bahagia melihatmu.
Bagaimana jalan kita menentukan masa depan?
Apakah sudah yakin dengan pilihan ini?
Apakah sudah siap semua yang dibutuhkan?
Berapa kali kita harus mengikuti ujian?
Yakin menjalani pilihan ini dengan semua rintangannya?
Karena kita masih akan terus belajar hingga kelak akan merasakan manisnya buah dari hasil yang kita tanam sendiri~
Sore itu, jangan kejar aku.
Aku bisa pulang sendiri.
Tak perlu mengikuti aku.
Tapi nyatanya kau mengikutiku sekaligus mengantarkanku hingga sampai rumah ini.
Mau lihat isi dompetku?
Silahkan.
Kau akan menemukan sebuah kertas dengan tulisan bertinta hitam ditambah coretan di sana.
Kertas merah muda dan dominan putih.
Kertas yang sudah menetap di sana kurang lebih 4 tahun dan selalu menemaniku kemanapun aku pergi.
"Mohon maaf banyak coretan, gak punya tip-x"
Ah, iya, jangan lupa ada sebuah pas foto dengan kemeja putih di sana.
Boleh aku bertanya, kapan terakhir fotoku ada di dompetmu?
Ramadhan itu, aku kehilangan dia.
Dia orang yang ku sayang.
Dan kau ada di sana menemaniku.
Entah saat itu sebuah ketidaksengajaan atau memang takdir-Nya kau dikirimkan untuk menemaniku?
Bagaimana tangisku depanmu?
Jelek bukan?
Tapi, tangisku menjadi tanda bahwa aku sangat mempercayaimu.
Entah kau tahu atau tidak, kau adalah walking diary ku.
Banyak cerita yang hanya kubagikan kepadamu, kepadamu seorang.
Jaga baik-baik semua cerita itu.
Jika kau merasa terlalu berat menyimpan cerita itu, hapus saja kenangan itu darimu~
Ingat baik-baik juga ya wajah tangisku, karena mungkin esok lusa kau tak akan pernah lagi melihatnya.
Bagaimana perjalanan pulangmu?
Melelahkan?
Terlalu jauh, ya?
Jangan pulang larut malam.
Selamat beristirahat.
Jaga selalu kesehatanmu.
Jangan lupa akan Tuhanmu.
Komentar
Posting Komentar