Langsung ke konten utama

Telat

"Saya itu paling ga suka mbak sama orang yang suka telat"
"Saya apresiasi sekali sama mbak ini dateng sebelum jam keberangkatan begini"
"Pokoknya mbak, paling ga seneng saya sama orang yang ga bisa menghargai waktu itu"



Ah, beberapa potongan kalimat obrolan aku bersama driver bus yang mengantarkan aku dari Bintaro hingga bandara masih sering terlintas di pikiran ini.
Saat itu, aku membalas dengan anggukan dan tertawa kecil saja, sembari di dalam pikiran terus menerus memikirkan aku sendiri yang terkadang suka datang mepet, bahkan tak jarang juga "telat" hehe.
Kebetulan saja, saat itu aku memiliki kesempatan tuk datang cukup lama sebelum waktu keberangkatan.
Sejak kejadian itu, mendengarkan cerita sang bapak mengenai pengalamannya mengantar berbagai macam penumpang, aku menjadi tersadar dan terus mencoba untuk datang tepat waktu bahkan sebelum.

Setelah aku pikir kembali, "telat" di sini bukan hanya pasal datang ke suatu kegiatan atau acara.
"Telat" di sini dapat diartikan dalam berbagai makna...
Telat dalam mengambil keputusan.
Telat dalam artian menjemput rezeki atau suatu kesempatan.
Telat dalam memulai sesuatu.
Hingga telat dalam artian memang tak pernah menghargai sang waktu.

Bukankah sang waktu tak akan pernah kembali?
Sekuat apapun usaha kita bukankah memang ia tak akan pernah kembali?
Berdoa dengan cara apapun bukankah sang Kuasa juga tak akan rela mengembalikan sang waktu kepada kita?
Ah, bodohnya kita, aku, yang mungkin selama ini menyia-nyiakan entah berapa banyak waktu?

Dari situ juga aku belajar, kesempatan mungkin tak akan pernah datang kedua kali.
Dari situ aku belajar, untuk tidak menunda sebuah keputusan.
Dari situ aku belajar, untuk tidak menunda mengatakan sesuatu, jika memang perlu.

Seburuk apapun mungkin nanti hasilnya kelak...
setidaknya aku sudah pernah mencoba kesempatan itu,
setidaknya aku pernah mengambil keputusan itu,
dan setidaknya aku pernah mengatakan hal itu, meski mungkin hasilnya tak sesuai harapan?
Atau mungkin hasilnya justru menyakitkan?

Setidaknya aku menghargai pemberian sang waktu yang tak akan pernah kembali, sebuah kesempatan.
Dan setidaknya aku tidak terus menerus dihantui rasa penasaran.
Rasa penasaran karena tak berani mengutarakan hanya karena merasa "telat"
Aku rasa lebih baik telat, daripada tidak sama sekali.







------------------
Bali, 15 September 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

SMP Negeri 1 Palembang

Assalamu'alaikum! Post kali ini akan membahas singkat tentang SMP Negeri 1 Palembang yang merupakan SMP tercintaku!!:3  Post di sini juga berdasarkan pengalaman pribadi yaa~ Mari mulai SMP Negeri 1 Palembang aka spensa palembang, merupakan satu-satunya SMP peninggalan zaman Belanda di Kota Palembang. Hal ini terbukti dengan gedung bangunan lama yang bergaya zaman Belanda dengan pintu & jendela yang besar dan panjang. SMP Negeri 1 Palembang berlokasi di Jalan Pangeran Ario Kesuma Abdurohim, Talang Semut, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dulunya SMP Negeri 1 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI, namun semenjak RSBI dihapuskan SMP Negeri 1 Palembang tetap menjadi sekolah unggulan & favorit di Palembang. Dulu spensa pernah memiliki 2 jenis kelas yaitu, reguler dan bilingual. Namun, semenjak tahun 2010-2011 saat masih ada program RSBI, spensa sepenuhnya menggunakan program bilingual, kelas reguler dihapuskan. Lalu, setelah program RSBI dihapuskan ya be...

2020

Here's a recap of 2020 ... 2020 Pandemi yang mendominasi... 16 Maret 2020... Pertama kali semua kegiatan perkuliahan secara tatap muka dihentikan... Semua kegiatan di luar perkuliahan, Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, turut dihentikan... Maret - Mei masih hangat akan berita lockdown , PSBB, beserta berbagai protokol kesehatan lainnya... Akhir Mei, lebaran datang menghampiri... Juli - Agustus, tertarik akan berbagai isu perkuliahan yang akan segera dimulai atau yang sempat tertunda September - Desember, seolah sudah kembali "normal", " new normal" diiringi dengan berbagai "Adaptasi Kebiasaan Baru"... Terima kasih, 2020 telah... mengajarkan aku untuk semakin menghargai semuanya, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, semakin menyadarkan aku di atas langit masih ada langit, meyakinkan aku bahwa semua orang punya prinsip dan cara bahagianya masing-masing, berhasil membuatku untuk mengikhlaskan, menamparku bahwa untuk selalu belajar dalam segala h...