Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

01.11

Lupakanlah . Maafkanlah. Sampaikanlah, jika memang ada. Agar esok lusa, jika kita diizinkan-Nya kembali bersua. Semua memori itu lenyap sudah. Agar nanti, kita dapat bertemu bagai dua insan yang tak pernah berjumpa. Tak ayal tuk saling bertegur sapa... Selamat berbahagia:)

November

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya" - Imam Syafi'i ---------------------------- Detik itu... Seolah menjadi sebuah tamparan keras yang memilukan baginya. Seolah menjadi sebuah titik baliknya. Ia seolah tersadar akan semua hal yang selama ini telah ia lakukan, mungkin telah melampaui batas... Bagai tersambar petir di siang bolong, tanpa angin, tanpa hujan... Semuanya terjadi begitu saja... Terlalu cepat, seolah tak bisa dijelaskan menggunakan kata-kata... Hari demi hari ia lalui dengan berbagai pertanyaan yang tak bisa terucap Pertanyaan yang mungkin hanya ia dan Dia yang tahu Pertanyaan yang mungkin jawabannya tak kan didapatkan sampai akhir hayat, jawaban akan sebuah pertanyaan pengharapan yang ...

Mawar

Selamat malam, Apa kabar, Tuan? Masih ingatkah tuan kepadaku? Mawar. Source: Pinterest Ya, aku mawar. Kata orang... Aku punya banyak arti. Utamanya arti tersendiri bagi empunya. Namun... aku juga penuh akan duri. Duri yang bisa membuat empunya terluka. Dahulu aku hanya mampu menunggu. Menunggu akan datangnya seseorang yang akan menjagaku. Menunggu tanpa ada kepastian... Berharap tanpa ada kepastian... Entah kapan tepatnya hari itu, yang ku tahu, kau seolah memilihku, Tuan. Mawar penuh duri, yang tuan pilih dengan keinginan sendiri, tanpa paksaan... Kau memilihku... Memberi secercah harapan kepadaku... Demi sebuah lembaran baru... Ah, atau... Mungkin saat itu harapanku saja terlalu tinggi... Berharap kau selalu ada untukku... Menjagaku dengan sepenuh hati... Membiarkan aku tetap hidup dengan secercah bayanganmu. Namun, sekarang kau seolah berubah, Tuan... Kau menghilang begitu saja dariku... Tanpa kabar darimu... Seolah kau kan berhenti ...

Malam Minggu

Selamat malam, Malam Minggu. Kata orang Malam Minggu itu berbeda... Dulu aku tak pernah percaya. Namun, kali ini berbeda, Karena ada kau di sana. Ada saja cara-Nya mempertemukan kita. Cara yang tak pernah terbayang sebelumnya. Tempat dimana aku tak akan menyangka kita akan berjumpa. Berjumpa setelah waktu yang lama. Tiba tiba saja kau ada di hadapanku. Berdiri tegak tak jauh dariku. Dengan senyum dan tawamu. Kau berada tepat di dekatku. Ingin rasanya aku berteriak kegirangan saat itu. Ingin rasanya aku menyambut lebih jabatan tanganmu. Namun, aku seolah tiba tiba hanya mampu diam mematung di hadapanmu. Tawa lepasku tiba-tiba hilang entah dimana. Pikiranku tiba-tiba berkelana entah kemana. Kita dipertemukan kembali di tempat dan waktu yang tak terduga. Selalu, seperti biasa. Kau, sosok yang selalu kukagumi. Entah sudah berapa tahun lamanya. Sejak kemarin, hari ini, dan mungkin esok lusa akan selalu kukagumi. Selalu kucoba un...

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

Kehilangan

Hai, apa kabar? Kuharap kau baik-baik saja... Bolehkah aku bertanya kabarmu ini? Atau seharusnya tak perlu aku bertanya? Ah iya, aku ini mungkin hanya sebuah rangkaian singkat dari film panjang kehidupanmu... Rangkaian singkat yang tak ingin kau harapkan kedatangannya... Berpura-pura itu menyakitkan, bukan? Berpura-pura tersenyum di depanmu. Berpura-pura tertawa lepas di hadapanmu. Berpura-pura semuanya baik-baik saja. Tanpa memikirkan rasa sakit yang ada dalam diri ini. Senyumanku itu, hanya sebuah sandiwara belaka. Sandiwara keadaan yang memaksa... Tawa lepasku tak menggambarkan arti sesungguhnya... Hatipun turut menyembunyikan perasaannya... Hingga pikiran pun berkelana entah kemana... Kita bak insan yang tak pernah mengenal sebelumnya. Ingin bicara, namun kau tak menyapa. Ingin menyapa, namun takut tak disapa. Hanya mampu mencuri tatap, walau hanya sementara... Selamat. Selamat kepadamu. Kau memilih "dia" yang tepat. Kau telah menemukan "di...

Ruang Kosong

Jika ruang itu kosong... Akankah kau mencari cara untuk menemukan kuncinya? Akankah kau mencoba untuk membukanya? Atau kau hanya menunggu di luar saja? Menunggu sembari menaruh harap untuk dipersilahkan masuk begitu saja? Lalu... Jika ternyata, ruangan itu telah terisi Akankah kau tetap mencoba untuk masuk? Atau akankah kau tetap menunggu di luar saja? Tahukah kau? Ternyata, ia sudah lama menutup ruang itu... Sejak saat itu, ia telah berhenti menunggu... Menunggu sesuatu yang tak pasti? Ah, bukan. Bukan sesuatu yang tak pasti... Hanya saja, ia menutup ruang itu karena sudah lelah akan beratnya menahan rindu. Rindu yang tak tahu siapa pemiliknya... Dan saat itu, ia sudah tak peduli lagi akan dunia luar Ia mencoba untuk tetap bertahan di zona nyamannya Mencoba untuk menghalangi semua orang yang berusaha masuk untuk menembusnya Membangun pertahanan sekuat mungkin, semampu yang ia bisa Ia tak ingin lagi menahan beratnya rindu... Menahan ...

Kau...

Kau tahu? Kau telah mengubah hari-hariku walau hanya sesaat. Kau tahu? Karena kaulah yang mengembalikan rasa yang dulu pernah hilang. Seolah aku dulu hanyalah sebuah balon helium yang dipegang erat oleh sang pemilik agar tak bisa terbang kemanapun. Namun, sang pemilik tak sadar bahwa aku sebenarnya sudah kehilangan angin penyemangat agar aku tetap bisa terus mengudara. Aku terus mengudara dengan sisa-sisa angin yang ada di dalamku, meski kutahu perlahan tapi pasti aku akan kempes begitu saja dan ditinggalkan sang pemilik. Namun, tanpa ada pertanda sebelumnya, kau datang dan menghampiriku. Kau mengisi kembali angin di dalamku agar aku tetap bisa tegak mengudara. Kau mengembalikan lagi rasa yang pernah hilang itu. Kau memberikanku penyemangat agar aku tetap bisa tegak dan berdiri. Entah apapun caranya, selalu ada caramu untuk membuatku bahagia. Ah, seperti "Dilan dan Milea" yang sekarang sedang populer saja. Mungkinkah kau dilanku? Tidak, tida...

Harap

Apakah aku yang terlalu berharap? Atau kau yang sudah memberi harap? Secarik kertas bertuliskan kalimat yang kau tulis, apakah itu mengandung sebuah makna atau, hanya secarik kertas biasa? Sikapmu juga seolah turut memberi harap Tapi, jika kau memang memberi harap, Lalu, mengapa seolah kau memintaku untuk berhenti berharap? Kertas kertas lain yang kau tulis seolah sama. Namun, apa yang berbeda dari kertasku? Kertas yang sama dan ditulis dengan tinta yang sama. Namun, sesuatu berbeda tertulis pada secarik kertas untukku. Atau ini hanya aku yang terlalu berharap? Terlalu berangan-angan. Hingga semua darimu kuanggap berbeda. Hari itu, saat ku mulai meyakini kau memang memberi harap kepadaku. Namun, di hari itu juga , kau dengan jelas mengatakan kau berharap kepadanya. Meski aku tidak mendengar secara langsung, namun seolah ada yang hilang dari hati ini. Seolah hati ini kembali kosong. Di saat, aku benar-benar yakin untuk memulai mengisinya kembali. Kau dengan santai...

Kilas Balik

Jika diingat kembali, aku bisa berada di kampus ini ternyata diawali dengan berbagai perjuangan. Perjuangan yang tanpa aku sadari ada di tiap tahapan tersebut. Mungkin aku tidak menyadari, karena aku berjuang tidak "seutuhnya". Aku tak terlalu memikirkan untuk berada di sini. Alhasil, usahaku pun mungkin tak maksimal. Tulisan ini akan lebih panjang daripada tulisan biasanya, jika tidak berkenan lebih baik tidak perlu dilanjutkan membacanya. Dimulai dari pendaftaran online . Teringat kembali aku mengisi data-data diperlukan ditemani mama yang selalu teliti. Begitu hari pendaftaran online  dibuka, aku tak langsung mendaftar. Tak seperti pendaftaran jalur sebelah (re: SNMPTN), aku langsung mengisi data begitu pendaftaran hari pertama dibuka. Pilihan urutan program studi, aku urutkan asal. Tanpa mengerti bagaimana nantinya jika aku berada di prodi tersebut.... Tak berpikir panjang... Tak berpikir bahwa aku akan "banting setir" pun tak pernah terli...