Langsung ke konten utama

Kilas Balik

Jika diingat kembali, aku bisa berada di kampus ini ternyata diawali dengan berbagai perjuangan.
Perjuangan yang tanpa aku sadari ada di tiap tahapan tersebut.
Mungkin aku tidak menyadari, karena aku berjuang tidak "seutuhnya".
Aku tak terlalu memikirkan untuk berada di sini.
Alhasil, usahaku pun mungkin tak maksimal.

Tulisan ini akan lebih panjang daripada tulisan biasanya, jika tidak berkenan lebih baik tidak perlu dilanjutkan membacanya.


Dimulai dari pendaftaran online. Teringat kembali aku mengisi data-data diperlukan ditemani mama yang selalu teliti. Begitu hari pendaftaran online dibuka, aku tak langsung mendaftar. Tak seperti pendaftaran jalur sebelah (re: SNMPTN), aku langsung mengisi data begitu pendaftaran hari pertama dibuka. Pilihan urutan program studi, aku urutkan asal. Tanpa mengerti bagaimana nantinya jika aku berada di prodi tersebut....
Tak berpikir panjang...
Tak berpikir bahwa aku akan "banting setir" pun tak pernah terlintas...
Pelajaran IPA yang selama ini aku pelajari mati-matian (ga mati-matian jg sih) tidak pernah dibahas sedikit pun lagi...
Aku hanya mengurutkannya berdasarkan kuota mahasiswa terbanyak yang diterima tahun lalu dan yang aku ingat, jurusan yang sedikit menguras "fisik" sudah jauh kuletakkan di bawah sekali...
Sebenarnya sedikit menyesal di saat sosialisasi di sekolah, aku justru bermain-main di aula:( (ya soalnya duduknya deket sama teman main acu). Merasa bersalah juga tidak memperhatikan dengan saksama. Padahal di saat universitas terkemuka lain sosialisasi, aku selalu menyimak dengan saksama. Dan justru di saat sosialisasi "kampus ini" aku bermain-main, hingga akupun tak mengerti nanti masing-masing jurusan akan mempelajari apa.

Setelah itu, aku pun melakukan verifikasi berkas. Tak ingat aku kapan pastinya, namun seingatku verifikasi berkas dilakukan saat sedang ada ujian sekolah. Aku pun mendapat jadwal di hari pertama verifikasi. Ternyata aku masih termasuk awal yang mendaftar:( Kebanyakan teman-temanku tidak mendapatkan hari yang sama denganku, sehingga akupun pergi sendiri. Pernah pun tidak ke sana, berbekal bersama ojek online aku pergi sendiri. Sesampainya di sana aku menunggu dan ternyata sistemnya mengalami masalah sehingga aku pun harus menunggu lebih lama. Hal itu tentu menyita waktuku belajar untuk ujian sekolah, dimana aku yang notabene-nya orang yang baru selalu belajar di H-1 ujian sedikit kebingungan. Setelah menunggu cukup lama, diumumkanlah bahwa nomor antrian aku termasuk nomor yang besok siang baru diverifikasi. Ya sudah, kembali lagi deh aku ke sekolah, sendiri:(
Keesokan harinya, aku kembali dan harus menunggu lagi. Beruntung kali ini teman-temanku sudah banyak yang verifikasi berkas, sehingga aku tidak sendiri lagi h3h3. Setelah verifikasi, aku mendapatkan lokasi ujian untuk tes tertulis, dimana lokasi ujianku berada di SMA tetangga SMA-ku, sedangkan kebanyakan teman dekatku yang lain mereka mendapatkan ujian di SMA sendiri. Namun, ya sudahlah hanya sebuah lokasi ujian.

Tes Tertulis
H-1 tes tertulis aku melihat ruangan bersama mama. Awalnya aku ingin melihat di siang hari, namun dikarenakan ada suatu urusan, aku pun baru melihat pada sore hari. Saat itu, kota Palembang sedang diguyur hujan yang cukup lebat. Sesampainya di sana, kami pun langsung mencari ruangan. Dan ruangan aku ternyata cukup sulit ditemukan:(
Pada hari tes tertulis, aku yang berniat untuk pergi sendiri bersama ojek online tersayang yang selalu menemani hampir gagal. Dikarenakan hujan yang terus mengguyur, membuat aplikasi tersebut susah untuk mendapatkan driver. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 6 lewat dan peserta diharapkan datang pukul 7.00. Hampir seisi rumah sudah panik karena aku yang belum mendapatkan driver:( Aku memilih untuk tidak membawa mobil sendiri, karena aku tahu pasti susah untuk parkir. Akhirnya, nek nang berniat mengantarku, namun awalnya aku menolak, karena jarak yang terlalu jauh. Hingga akhirnya, aku berhasil mendapatkan driver yang saat itu jarak antara lokasi driver dan rumahku cukup JAUH.
Syukurlah, sesampai di lokasi ujian aku tidak terlambat, malahan sempet ngobrol duyuu dan ke kamar kecil. Pagi itu aku sampai ke kamar kecil 2x di lokasi ujian, untuk jaga-jaga agar selama ujian aku tidak keluar. Karena, kalo aku keluar ya sudah aku dianggap selesai.
Setelah selesai, akupun kembali ke SMAku. Saat aku bertanya kepada orang-orang menjawab berapa soal TPA, mereka menjawab ada yang 70, 80, 90 bahkan ada yang 110.....
Sedangkan aku? Aku sangat yakin 60 pun tak sampai....
Bagian soal matematikapun hanya ku jawab 2 soal, itupun karena kedua soal tersebut sama dan menggunakan logika bukan dihitung wkwk
Setelah mendengar jawaban mereka, aku langsung merasa "Ah kecil sudah harapanku, mungkin memang bukan jalanku" 
Sesampainya di rumah, aku menyamakan jawabanku dengan prediksi kunci yang beredar dan baru di awal aku mengecek jawaban TPA, aku merasa sudah ada banyak yang salah. Akhirnya, aku tidak melanjutkannya...
Akupun sudah memberi tahu mama dan keluargaku bahwa aku hanya menjawab sedikit dan tidak perlu terlalu diharapkan untuk kampus ini.....
SNMPTN, aku sangat mengharapkanmu saat itu, doa-doaku juga selalu hanya kupanjatkan untukmu, SNMPTN:(

Pengumuman tes tahap pertama pun sudah diumumkan. Aku sedikit shock dan sedih. Karena aku dapat lanjut ke tahap berikutnya. Namun, teman-temanku banyak yang tidak bisa melanjutkan ke tahap berikutnya:( Aku sedikit merasa bersalah. Saat itu aku yang tidak terlalu berharap, bisa lanjut ke tahap berikutnya. Sedangkan teman-temanku yang sejak awal naik kelas XII ataupun sebelumnya sudah jauh mempersiapkan untuk tes justru tidak bisa melanjutkan ke tahap berikutnya:(
Pada tahapan ini aku sudah cukup merasa aman, karena Alhamdulillah SNMPTN ku berhasil diterima dan sudah melakukan registrasi ulang. Sungguh luar biasa rasanya, saat melihat pengumuman SNMPTN. Sebuah perasaan yang tidak bisa dideskripsikan untuk pertama kali. Sujud syukur yang benar benar aku maknai mendalamnya. Entah mengapa tangisku langsung pecah saat melihat pengumuman SNMPTN dan begitu juga dengan mama serta keluargaku yang langsung kuberi tahu. Seolah-olah perjuangan beratku selama ini terbayar sudah dengan lulus SNMPTN, akhirnya aku bisa mewujudkan cita-citaku dan keluarga sejak kecil.

Tahap Kedua.
Jauh-jauh hari, teman-temanku sudah mempersiapkan segala hal, termasuk fisik mereka. Rasanya hampir setiap hari mungkin mereka melakukan latihan lari semenjak pengumuman tahap pertama. Sedangkan aku? Aku masih sibuk bersantai tanpa ada persiapan sedikit pun. Barulah H-2 aku mengikuti sebuah simulasi TKK dan pada saat itu aku merasa aku mampu untuk lari 12 menit, namun tidak untuk shuttle run. Aku benar-benar merasa tidak bisa melakukannya dengan cepat.
Pada saat hari H, aku sudah diingatkan untuk pergi langsung setelah sholat shubuh agar mendapatkan nomor urut awal. Selain itu, jarak antara rumahku dan lokasi lari kali ini tidak begitu jauh. Bukannya datang di awal, namun aku sendiri justru memperlambat, karena aku belum menyiapkan apapun, baju, training, sepatu, jilbab dan segala macam belum aku siapkan. Termasuk BPU.
Sesampainya di sana, aku sedikit shock. Aku mendapatkan nomor urut yang sangat jauh, sedangkan teman-temanku yang lain masih mendapatkan nomor urutan di awal. Akhirnya aku pun menunggu  bersama nenek dari pukul setengah 6 pagi hingga sekitar pukul 11, nomor urutku dipanggil untuk masuk. TERNYATA, setelah aku dipanggil masuk, BPU yang aku bawa salah:( Awalnya aku sangat yakin bahwa yang aku bawa ialah BPU asli, namun setelah diperhatikan lagi BPU tersebut merupakan BPU yang difotokopi warna:(
Selama menunggu berjam-jam, aku sama sekali tidak menyadari bahwa BPU yang aku bawa ialah salah. Sehingga aku pun meminta izin untuk kembali ke rumah, beruntung aku diizinkan dan jarak rumah yang tidak terlalu jauh. Setelah itu, aku kembali lagi ke lokasi ujian dengan kondisi badan yang saat itu sedang tidak fit (sakit perut). Lalu, aku melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan. Sekitar pukul 2 siang, aku dipanggil masuk untuk menunggu urutan lari. Saat itu, aku sudah takut kalau-kalau urutan lariku di saat matahari sedang panas-panasnya. Alhamdulillah, beruntung saat urutanku lari, cuaca sedang mendukung. Peserta yang awalnya 10 per kloter ditambah menjadi 30, dikarenakan waktu yang kemungkinan tidak cukup lagi.
Pada saat berlari, aku mengingat untuk tidak melakukan kebiasaanku selama ini, yaitu langsung sprint. Karena teman-temanku selalu berpesan untuk lari dengan konstan. Awalnya, masih terlihat bergerombol namun pada akhirnya aku mulai merasa berlari sendirian, aku berusaha untuk tidak terlalu tertinggal. Sorak sorai semangat dari tribun bukannya menambah semangatku, namun justru membuatku menangis:( Iya, aku menangis saat lari, karena aku takut mengecewakan. Pertama kalinya, aku berjuang dan benar-benar secara langsung didampingi dan dilihat oleh mama, nek nang dan nek no. Selama ini, jika ujian tertulis mungkin mereka hanya mendampingiku dengan doa. Namun, saat dilihat secara langsung, itu memberikan kesan tersendiri. Walau suara mereka tidak sekuat dengan teriakan dari ibu-ibu, bapak-bapak ataupun orang lain di sana. Namun, aku tahu di setiap melewati mereka ada rasa tersendiri. Melewati putaran ketiga, entah mengapa rasa di dalam badanku terasa mulai aneh dan perutku semakin sakit. Ingin rasanya aku berhenti karena sudah tidak kuat untuk putaran ke-4, namun aku terus berusaha untuk tetap berlari. Di saat pengawas sedang tidak melihat, aku menitihkan air mata, namun, di depan pengawas aku tersenyum lebar kepada mereka. Benar-benar sudah tidak kuat saat ingin melaju ke putaran ke-4. Namun, entah mengapa sebuah teriakan namaku seolah menyadarkan aku. Aku bingung, itu bukan suara dari keluargaku, namun teriakan itu menyerukan namaku dan aku tidak bisa mengenali itu suara siapa. Hingga aku berhasil melewati putaran ke-4 dan terus berlari. Peluit pun dibunyikan, itu berarti tinggal ada menit-menit terakhir, aku berusaha untuk sprint semampu yang aku bisa. Namun, saat itu aku benar-benar tidak kuat lagi dan hanya mempertahankan agar aku tetap berlari dan tidak berjalan. Alhamdulillah, saat peluit terakhir ditiup, aku hampir mencapai 5 putaran.
Aku mengucapkan terima kasih banyak kepada temanku yang saat itu ada di tribun, yang juga menyemangatiku. Sungguh, teriakan dari kalianlah yang membuat aku kembali bersemangat agar tidak menyerah walau saat itu kondisi tubuhku sudah benar-benar tidak memungkinkan. Entah kalian membaca tulisan ini atau tidak, namun terima kasih banyak atas semangat kalian.
Dukungan kalian secara langsung yang masih menyempatkan waktu untuk melihatku walau kalian sendiri sudah lelah berlari sungguh sangat membantu. Saat itu, aku paham betapa aksi kecil memiliki dampak yang luar biasa. Walau sejujurnya saat itu, aku sangat berharap, teman dekatku ada di sana dan turut menyemangati......

Pengumuman tahap kedua cukup membuat heboh. Pasalnya saat itu hanya ada beberapa orang saja yang lulus dari kotaku. Namun pada malam hari, ada pengumuman revisi dan Alhamdulillah namaku ada di sana. Lagi-lagi pengumuman kali ini justru membuatku semakin sedih, temanku yang menyemangatiku saat itu justru mereka belum berkesempatan untuk lanjut ke tahap berikutnya:( kuharap jika kalian mengulang pada tahun ini, kalian bisa lulus hingga menjadi mahasiswa baru kampus ini. Aamiin.

Tahap ketiga dilakukaan saat bulan Ramadhan. Jujur, pada tahap ini aku benar-benar tidak mengetahui bagaimana nanti bentuk soal, cara penilaian, materi dan segala hal tentang tahapan ini. Aku baru mengetahui pada saat mendekati tahap ketiga dilaksanakan. Saat itu, aku memilih untuk belajar dengan yang lebih ahli, siang hari bolong di tengah puasa full selama seminggu aku bolak-balik menggunakan ojek online demi belajar. Namun, sejujurnya aku merasa itu tidak terlalu membantu. Bukannya karena orang yang menyampaikan yang tidak ahli, namun aku saja yang tidak bisa memahami:( Jadi seolah-olah persiapanku itu sama sekali tdak ada untuk tahapan ketiga.
Belum lagi beredar kabar untuk melewati nilai mati di salah satu bagian tahapan ini sangatlah sulit, karena materi yang begitu banyak. Sehingga banyak yang berkata hanya nasib yang menentukan jika sudah di tahapan ini....
Aku mendapatkan sesi pertama. Sehingga pagi-pagi hari aku sudah harus berangkat ke lokasi ujian. Lagi-lagi mama menemaniku mengikuti tahapan ini. Sesampai di lokasi ujian, suasana begitu hening. Mungkin karena setiap sesi hanya ada beberapa orang. Sehingga membuat suasana seolah semakin mencekam bagiku. Diawali dengan doa, aku memulai mengerjakan soal menggunakan sistem CAT. Kulihat beberapa orang yang memulai sebelumku, langsung mengerjakan dari bagian yang ketiga, kepribadian. Sedangkan aku memulai dari bagian pertama, nomor 1, bagian yang paling ditakuti. Jujur, aku benar-benar pasrah saat melihat soal-soal itu. Jangankan tahu jawabannya, soal tersebut bagian materi apapun aku tidak tahu:( Namun, perlahan kubaca soal tersebut dan dengan jawaban yang hanya menebak secara asal-asalan aku terus melanjutkan ke bagian berikutnya. Bagian kedua aku menjawab dengan percaya diri dan optimis lewat nilai mati. Bagian ketiga, benar-benar membuat aku bingung. Biasanya jawaban yang disediakan di soal ini jawaban yang semuanya mirip dengan jawaban paling ideal. Namun, saat ini aku merasa semua jawaban tersebut tidak tepat dan aku kembali terpikir walau nilai bagian keduaku besar, namun jika aku gagal melewati nilai mati bagian pertama dan ketiga itu sama saja bohong. Waktu yang ada di layar pc terus berjalan, masih kuingat 10 menit terakhir masih begitu banyak soal yang belum kujawab, sehingga aku terpaksa mempercepat menjawab soal tersebut. 
Saat selesai, skor tersebut langsung muncul di hadapanku. Awalnya aku diam dan berpikir sejenak mengamati skor yang aku dapat. Sungguh setelah itu lagi-lagi aku menangis haru, benar-benar tidak pernah aku bayangkan, lagi-lagi pertolongan Allah SWT sangat dekat denganku. Skor yang aku dapat Alhamdulillah jauh melebihi ekspektasiku. Aku langsung mencari mama dan begitu sampai di ruangan itu aku menangis sejadi-jadinya, karena aku berhasil melewati nilai mati. Mamapun bercerita bahwa nilaiku dapat dipantau perkembangannya, naik atau turun. Mama juga sempat khawatir karena di saat nilai orang lain sudah melewati nilai mati, nilaiku masih kecil karena aku memulai dari bagian pertama, sedangkan orang lain langsung di bagian ketiga. Benar-benar pertolongan Allah kurasakan lagi sangat dekat dan langsung kali ini. Setelah itu, akupun terus memantau perkembangan nilaiku di aplikasi.

Pengumuman tahap ketiga dan pengumuman akhir ternyata diumumkan lebih cepat dari yang dijadwalkan. Aku pun sedikit terkejut karena saat itu grup yang aku ikuti langsung ramai akan pengumuman kelulusan ini. Aku pun yang saat itu sedang berada di luar rumah bersama mama langsung membuka pengumuman tersebut dan mencari namaku. Alhamdulillah, namaku ada di sana bersamaan dengan prodiku. Namun, sangat berbeda rasanya dengan saat aku membuka pengumuman SNMPTN. Perasaan yang muncul saat tahu aku diterima sangat-sangat berbeda. Reaksi akupun sangat berbeda. Bukan berarti aku tidak bersyukur, namun jika diingat kembali, perbedaan tersebut sangatlah jauh. Semenjak hari pengumuman itu hingga sekarang aku masih bingung untuk memutuskan bahwa sesungguhnya aku ingin memilih yang mana........

Perjuangan akupun tidak hanya sampai pada saat ujian. Setelahnya, akupun berencana untuk melakukan registrasi ulang dan mencari kost. Walau saat itu, aku masih tidak tahu harus memilih apa dan hatiku terlalu berat untuk merantau. Sesampainya di sini, aku dan mama mencari kost-kostan, kami sudah berkeliling selama 2 hari full, rencana jalan-jalan di sini hilang sudah karena tidak sesuai ekspektasi. Hingga akhirnya, kami menarik kesimpulan jika memang kami tidak mendapatkan kostan, mungkin itu jawaban dari Allah SWT bahwa bukan jalanku berada di kampus ini. Kami pun memutuskan untuk kembali ke penginapan dengan berjalan kaki karena jarak yang tidak terlalu jauh sekaligus dengan harapan mungkin menemukan kostan yang tepat. Persis tepat sebelum memasuki penginapan, aku melihat tulisan "ADA KOST", kami pun melihatnya dan entah mengapa kami merasa tempat tersebut nyaman dan tidak ada penolakan dari dalam diri seperti kost-kostan sebelumnya. Entah mungkin karena kami sudah lelah atau memang itu jawaban dari Allah SWT bahwa kampus ini merupakan jalan terbaik bagiku?

Jika aku kilas balik, begitu banyak perjuangan dan makna tersirat hingga akhirnya aku berada di sini. Doa, dukungan dan semangat dari keluarga serta teman terdekat begitu berarti. Di saat titik terlemah dan terendahku, aku selalu bersyukur kepada Allah SWT karena bertemu dengan orang-orang baik yang peduli terhadapku yang seperti ini. Mereka masih bisa sabar.
Meski akhirnya aku sadar, mungkin mereka juga bosan mendengar keluh kesahku, hingga akhirnya aku memilih untuk diam dan tidak menceritakan kepada mereka.
Terima kasih kepada semua orang yang terus ada menemaniku. Jangan pernah berhenti untuk tetap menjadi orang baik selamanya. Maaf jika aku belum bisa menjadi seperti kalian di saat kalian berada di dalam kesusahan. Mungkin jika suatu saat nanti, kita tak bisa lagi sedekat saat ini, aku sadar dan selalu ingat bahwa kalianlah orang-orang hebat yang pernah menemaniku mengarungi beratnya sebuah kehidupan. Kalian orang-orang terbaik dari Allah yang dikirimkan untukku!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

SMP Negeri 1 Palembang

Assalamu'alaikum! Post kali ini akan membahas singkat tentang SMP Negeri 1 Palembang yang merupakan SMP tercintaku!!:3  Post di sini juga berdasarkan pengalaman pribadi yaa~ Mari mulai SMP Negeri 1 Palembang aka spensa palembang, merupakan satu-satunya SMP peninggalan zaman Belanda di Kota Palembang. Hal ini terbukti dengan gedung bangunan lama yang bergaya zaman Belanda dengan pintu & jendela yang besar dan panjang. SMP Negeri 1 Palembang berlokasi di Jalan Pangeran Ario Kesuma Abdurohim, Talang Semut, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dulunya SMP Negeri 1 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI, namun semenjak RSBI dihapuskan SMP Negeri 1 Palembang tetap menjadi sekolah unggulan & favorit di Palembang. Dulu spensa pernah memiliki 2 jenis kelas yaitu, reguler dan bilingual. Namun, semenjak tahun 2010-2011 saat masih ada program RSBI, spensa sepenuhnya menggunakan program bilingual, kelas reguler dihapuskan. Lalu, setelah program RSBI dihapuskan ya be...

2020

Here's a recap of 2020 ... 2020 Pandemi yang mendominasi... 16 Maret 2020... Pertama kali semua kegiatan perkuliahan secara tatap muka dihentikan... Semua kegiatan di luar perkuliahan, Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, turut dihentikan... Maret - Mei masih hangat akan berita lockdown , PSBB, beserta berbagai protokol kesehatan lainnya... Akhir Mei, lebaran datang menghampiri... Juli - Agustus, tertarik akan berbagai isu perkuliahan yang akan segera dimulai atau yang sempat tertunda September - Desember, seolah sudah kembali "normal", " new normal" diiringi dengan berbagai "Adaptasi Kebiasaan Baru"... Terima kasih, 2020 telah... mengajarkan aku untuk semakin menghargai semuanya, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, semakin menyadarkan aku di atas langit masih ada langit, meyakinkan aku bahwa semua orang punya prinsip dan cara bahagianya masing-masing, berhasil membuatku untuk mengikhlaskan, menamparku bahwa untuk selalu belajar dalam segala h...