Selamat malam,
Apa kabar, Tuan?
Masih ingatkah tuan kepadaku?
Mawar.
Ya, aku mawar.
Kata orang...
Aku punya banyak arti.
Utamanya arti tersendiri bagi empunya.
Namun... aku juga penuh akan duri.
Duri yang bisa membuat empunya terluka.
Kata orang...
Aku punya banyak arti.
Utamanya arti tersendiri bagi empunya.
Namun... aku juga penuh akan duri.
Duri yang bisa membuat empunya terluka.
Dahulu aku hanya mampu menunggu.
Menunggu akan datangnya seseorang yang akan menjagaku.
Menunggu tanpa ada kepastian...
Berharap tanpa ada kepastian...
Berharap tanpa ada kepastian...
Entah kapan tepatnya hari itu, yang ku tahu, kau seolah memilihku, Tuan.
Mawar penuh duri, yang tuan pilih dengan keinginan sendiri, tanpa paksaan...
Mawar penuh duri, yang tuan pilih dengan keinginan sendiri, tanpa paksaan...
Kau memilihku...
Memberi secercah harapan kepadaku...
Demi sebuah lembaran baru...
Ah, atau...
Mungkin saat itu harapanku saja terlalu tinggi...
Berharap kau selalu ada untukku...
Menjagaku dengan sepenuh hati...
Membiarkan aku tetap hidup dengan secercah bayanganmu.
Namun, sekarang kau seolah berubah, Tuan...
Kau menghilang begitu saja dariku...
Tanpa kabar darimu...
Seolah kau kan berhenti menjagaku...
Jangan memberi harap,
Jika kau tak mampu memenuhinya, Tuan.
Jika nanti pada akhirnya, kau temukan aku telah mati, Tuan.
Ingatlah matiku itu karena ku layu menunggumu...
Terima kasih, Tuan...
Memberi secercah harapan kepadaku...
Demi sebuah lembaran baru...
Ah, atau...
Mungkin saat itu harapanku saja terlalu tinggi...
Berharap kau selalu ada untukku...
Menjagaku dengan sepenuh hati...
Membiarkan aku tetap hidup dengan secercah bayanganmu.
Namun, sekarang kau seolah berubah, Tuan...
Kau menghilang begitu saja dariku...
Tanpa kabar darimu...
Seolah kau kan berhenti menjagaku...
Jangan memberi harap,
Jika kau tak mampu memenuhinya, Tuan.
Jika nanti pada akhirnya, kau temukan aku telah mati, Tuan.
Ingatlah matiku itu karena ku layu menunggumu...
Terima kasih, Tuan...
Komentar
Posting Komentar