"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya" - Imam Syafi'i
----------------------------
Detik itu...
Seolah menjadi sebuah tamparan keras yang memilukan baginya.
Seolah menjadi sebuah titik baliknya.
Ia seolah tersadar akan semua hal yang selama ini telah ia lakukan, mungkin telah melampaui batas...
Bagai tersambar petir di siang bolong, tanpa angin, tanpa hujan...
Semuanya terjadi begitu saja...
Terlalu cepat, seolah tak bisa dijelaskan menggunakan kata-kata...
Hari demi hari ia lalui dengan berbagai pertanyaan yang tak bisa terucap
Pertanyaan yang mungkin hanya ia dan Dia yang tahu
Pertanyaan yang mungkin jawabannya tak kan didapatkan sampai akhir hayat,
jawaban akan sebuah pertanyaan pengharapan yang telah lalu...
--------------------------------------------------------
Pada dasarnya, manusia itu seringkali berharap...
Berharap akan sesuatu...
Atau berharap akan seseorang...
Sering kali, manusia lupa...
Lupa akan semuanya hanya berada pada kuasa-Nya
Jika memang Dia berkehendak, mengapa tidak?
Tidak ada sesuatupun yang bisa menghalangi kehendak-Nya.
Sering kali, manusia juga menjadikan tumpuan harapan kepada seseorang yang tidak memiliki kuasa apapun, tanpa seizin-Nya, bahkan hanya untuk menolong diri sendiripun, tidak bisa.
Tapi lagi-lagi terkadang manusia lupa...
Dan memilih menjadikan orang lain sebagai tumpuan harapannya, bukan Dia.
Sedih, kecewa, terkadang rasa malu, turut jua bercampur, di saat kita sadar bahwa kita telah salah ataupun melampaui batas akan sebuah pengharapan itu.
Mengapa sedih?
Mengapa kecewa?
Mengapa malu?
Bukankah ia sendiri yang memulai semua itu?
Bukankah ia yang melupakan janji janji dengan Dia?
Janji-janji yang dulu pernah dibuat dengan Dia...
yang seolah akan selalu ditepati, perlahan mulai dilupakan...
Perlahan, tanpa sadar, ia semakin menjauh dengan Dia...
Menjauh bersama kenikmatan yang fana ini...
Melupakan Dia yang sesungguhnya selalu ada dan pemilik Kuasa atas segala hal yang terjadi di hidup ini...
Lalu,
Di saat semua harapan ia tak pernah terkabul,
Di saat semua realita ia tidak sesuai dengan ekspektasi,
Mengapa sedih? Mengapa kecewa? Mengapa malu?
Karena sejatinya, ia sendiri yang salah menempatkan pengharapan itu.
Tidak, di sini aku tidak menyalahkan ia untuk berharap.
Karena sejatinya, dengan adanya sebuah harapan, kita memiliki sebuah cita-cita dan usaha yang besar untuk meraihnya.
Namun, terkadang kita lupa bahwasanya pengharapan itu selayaknya hanya kepada Yang Maha Kuasa.
Biarkan tangan-Nya yang mengatur jalan cerita skenario kehidupan ini.
Berikan usaha yang terbaik.
Yakinlah kepada-Nya.
Berdoalah kepada-Nya.
Dan percayalah, bahwasanya ia selalu memberikan yang terbaik dari yang terbaik dan tidak pernah mengecewakan hamba-Nya.
Jika memang harapanmu itu yang terbaik, yakinlah suatu saat Dia akan mengabulkannya...
Dan bersyukurlah apabila harapanmu itu belu terkabul, mungkia ia sedang merencanakan skenario kehidupan yang jauh lebih baik, yang tak pernah terlintas di pikiranmu.
--------------------------------------------------------
Malam ini,
Awal November,
Akhir dari semua kisah itu,
Akhir dari pengharapannya yang salah,
Awal dari usahanya untuk kembali membenahi diri...
Terima kasih atas semua yang telah kau ajarkan.
Terima kasih atas rasa sakit yang kau berikan.
Karena rasa sakit itu, membuat ia tersadar kembali.
Terima kasih telah menyadarkan bahwa ia sudah menjauh kembali dari Dia...
Maaf akan segala hal.
Sampai jumpa jika memang Dia mengizinkan.
Jaga diri.
Maaf akan segala hal.
Sampai jumpa jika memang Dia mengizinkan.
Jaga diri.
Komentar
Posting Komentar