Hai, apa kabar?
Kuharap kau baik-baik saja...
Bolehkah aku bertanya kabarmu ini?
Atau seharusnya tak perlu aku bertanya?
Ah iya, aku ini mungkin hanya sebuah rangkaian singkat dari film panjang kehidupanmu...
Rangkaian singkat yang tak ingin kau harapkan kedatangannya...
Berpura-pura itu menyakitkan, bukan?
Berpura-pura tersenyum di depanmu.
Berpura-pura tertawa lepas di hadapanmu.
Berpura-pura semuanya baik-baik saja.
Tanpa memikirkan rasa sakit yang ada dalam diri ini.
Senyumanku itu, hanya sebuah sandiwara belaka.
Sandiwara keadaan yang memaksa...
Tawa lepasku tak menggambarkan arti sesungguhnya...
Hatipun turut menyembunyikan perasaannya...
Hingga pikiran pun berkelana entah kemana...
Kita bak insan yang tak pernah mengenal sebelumnya.
Ingin bicara, namun kau tak menyapa.
Ingin menyapa, namun takut tak disapa.
Hanya mampu mencuri tatap, walau hanya sementara...
Selamat.
Selamat kepadamu.
Kau memilih "dia" yang tepat.
Kau telah menemukan "dia".
Bahagiaku melihat bahagiamu.
Bahagiamu bersamanya.
Awalnya, aku masih ingin meyakinkan hati..
Meyakinkan hati untuk percaya ada harap, walau sedikit.
Namun, semakin ke sini...
Aku sadar...
Harap itu sudah sirna...
Sirna tak berbekas.
Awalnya, aku tak percaya..
Berusaha untuk menyangkal..
Namun, pertemuan-pertemuan itu membuatku semakin yakin.
Hingga sikapmu yang begitu jelas...
Jelas bagiku bahwa itu sebuah pukulan telak.
Aku kalah dengan diriku sendiri.
Karena aku tak pernah berani mengungkap.
Hingga, akhirnya aku mendapat balasan yang tepat..
Sebuah kehilangan.
Kuharap kau baik-baik saja...
Bolehkah aku bertanya kabarmu ini?
Atau seharusnya tak perlu aku bertanya?
Ah iya, aku ini mungkin hanya sebuah rangkaian singkat dari film panjang kehidupanmu...
Rangkaian singkat yang tak ingin kau harapkan kedatangannya...
Berpura-pura itu menyakitkan, bukan?
Berpura-pura tersenyum di depanmu.
Berpura-pura tertawa lepas di hadapanmu.
Berpura-pura semuanya baik-baik saja.
Tanpa memikirkan rasa sakit yang ada dalam diri ini.
Senyumanku itu, hanya sebuah sandiwara belaka.
Sandiwara keadaan yang memaksa...
Tawa lepasku tak menggambarkan arti sesungguhnya...
Hatipun turut menyembunyikan perasaannya...
Hingga pikiran pun berkelana entah kemana...
Kita bak insan yang tak pernah mengenal sebelumnya.
Ingin bicara, namun kau tak menyapa.
Ingin menyapa, namun takut tak disapa.
Hanya mampu mencuri tatap, walau hanya sementara...
Selamat.
Selamat kepadamu.
Kau memilih "dia" yang tepat.
Kau telah menemukan "dia".
Bahagiaku melihat bahagiamu.
Bahagiamu bersamanya.
Awalnya, aku masih ingin meyakinkan hati..
Meyakinkan hati untuk percaya ada harap, walau sedikit.
Namun, semakin ke sini...
Aku sadar...
Harap itu sudah sirna...
Sirna tak berbekas.
Awalnya, aku tak percaya..
Berusaha untuk menyangkal..
Namun, pertemuan-pertemuan itu membuatku semakin yakin.
Hingga sikapmu yang begitu jelas...
Jelas bagiku bahwa itu sebuah pukulan telak.
Aku kalah dengan diriku sendiri.
Karena aku tak pernah berani mengungkap.
Hingga, akhirnya aku mendapat balasan yang tepat..
Sebuah kehilangan.
Komentar
Posting Komentar