Apakah aku yang terlalu berharap?
Atau kau yang sudah memberi harap?
Secarik kertas bertuliskan kalimat yang kau tulis,
apakah itu mengandung sebuah makna atau,
hanya secarik kertas biasa?
Sikapmu juga seolah turut memberi harap
Tapi, jika kau memang memberi harap,
Lalu, mengapa seolah kau memintaku untuk berhenti berharap?
Kertas kertas lain yang kau tulis seolah sama.
Namun, apa yang berbeda dari kertasku?
Kertas yang sama dan ditulis dengan tinta yang sama.
Namun, sesuatu berbeda tertulis pada secarik kertas untukku.
Atau ini hanya aku yang terlalu berharap?
Terlalu berangan-angan.
Hingga semua darimu kuanggap berbeda.
Atau kau yang sudah memberi harap?
Secarik kertas bertuliskan kalimat yang kau tulis,
apakah itu mengandung sebuah makna atau,
hanya secarik kertas biasa?
Sikapmu juga seolah turut memberi harap
Tapi, jika kau memang memberi harap,
Lalu, mengapa seolah kau memintaku untuk berhenti berharap?
Kertas kertas lain yang kau tulis seolah sama.
Namun, apa yang berbeda dari kertasku?
Kertas yang sama dan ditulis dengan tinta yang sama.
Namun, sesuatu berbeda tertulis pada secarik kertas untukku.
Atau ini hanya aku yang terlalu berharap?
Terlalu berangan-angan.
Hingga semua darimu kuanggap berbeda.
Hari itu, saat ku mulai meyakini kau memang memberi harap kepadaku. Namun, di hari itu juga , kau dengan jelas mengatakan kau berharap kepadanya. Meski aku tidak mendengar secara langsung, namun seolah ada yang hilang dari hati ini. Seolah hati ini kembali kosong.
Di saat, aku benar-benar yakin untuk memulai mengisinya kembali. Kau dengan santai pergi tanpa pamit. Hingga akhirnya aku memilih untuk menjauh perlahan. Membiarkanmu agar kau bisa bersamanya.
Haruskah aku lagi-lagi merasakan ini?
Di saat aku mulai mencoba untuk percaya, lagi-lagi aku dikecewakan akan pedihnya sebuah harapan.
Harapan kosong yang sia-sia.
Usahaku untuk tidak berharap kepada siapapun lagi, kau gagalkan.
Di saat aku memulai kembali untuk percaya, kau juga gagalkan.
Terima kasih yang mendalam teruntukmu.
Komentar
Posting Komentar