Langsung ke konten utama

Kita Bisa!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Apa kabar semuanya?
Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah swt
Aamiin aamiin ya Rabbal 'alamin

Tak terasa sudah mulai memasuki akhir Ramadhan 1441H
Rasanya Ramadhan kali ini terasa begitu cepat, bukan?
Secepat itukah Ramadhan meninggalkan kita?
Akankah kelak kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan berikutnya?
Atau inikah Ramadhan terakhir kita?
Semoga kelak kita semua akan dipertemukan lagi dengan Ramadhan berikutnya
Aamiin Allahumma Aamiin

Terasa sedih rasanya mengingat Ramadhan akan segera berakhir dan di Ramadhan kali ini kita aku masih belum bisa memanfaatkan dengan semaksimal mungkin...
Semoga di hari-hari terakhir Ramadhan 1441H ini kita semua dapat terus mengejar ketertinggalan dan memanfaatkannya untuk beribadah dan mengerjakan amalan yang belum dilaksanakan dengan semaksimal mungkin...
Dan semoga kita semua dapat mendapatkan malam itu, malam Lailatul Qadr...
Aamiin Allahumma Aamiin


Tak terasa jua sudah berapa lama kita di rumah saja?
Di rumah saja tuk membantu pemutusan mata rantai pandemi yang tengah melanda dunia ini...
Tak terasa jua sudah lama rasanya kita tak bisa bersua secara langsung baik dengan teman-teman ataupun keluarga kita
Semoga bumi ini cepat pulih kembali seperti sedia kala
Jika ini teguran dari-Nya, izinkanlah kita semua untuk mengambil hikmah-Nya dan menjadi lebih baik lagi
Jika ini ujian dari-Nya, semoga kita semua dapat melaluinya...
Cepat pulih, bumiku
Tetap semangat, bumiku.


-------------------------------------
Pada tulisan kali ini, aku akan menuliskan murni opiniku semata, jika ada manfaat atau benarnya, boleh untuk diambil dan kebenaran hanyalah datang dari milik Allah swt semata. Jika ada salahnya, salah itu murni dari diriku seorang dan aku mohon untuk kalian yang membaca jangan sungkan untuk mengingatkanku.





"Kita Bisa!"
Dari judulnya terdengar seperti sebuah platform yang saat ini sedang eksis, bukan? haha
Entah apa yang terlintas di pikiranku saat itu, untuk menamai "grup" ini dengan "Kita Bisa!" di tengah pandemi yang tengah datang menghampiri.
Karena aku yakin, orang baik di dalam grup ini pasti bisa melakukan amanahnya walau dengan kondisi yang begini.
Tanpa mereka, kegiatan ini tak akan bisa terlaksana.
Karena mereka, aku sadar bahwa ternyata masih banyak orang baik di luar sana yang masih peduli dengan sesama tanpa mengharap imbalan ataupun pujian sedikitpun untuk membantu sesama walau merekapun tak pernah mengenal sekalipun siapa orang-orang itu, termasuk dengan risiko yang dapat mengancam jiwa mereka.
Aku pun tak tahu harus berterima kasih kepada mereka dengan cara apa?
Karena yang ku tahu, sungguh besar jasa mereka...
Mungkin melalui tulisan ini, aku dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya serta apresiasi yang setinggi-tingginya kepada mereka semua yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini.
Aku mungkin tak mampu untuk membalas kebaikan mereka.
Hanya berdoa kepada Dia yang dapat kulakukan agar kebaikan kalian semua kelak akan bernilai pahala dan dibalas oleh Allah swt
Aamiin Aamiin ya Rabbal 'alamin...


-------------------------------------
Sabtu lalu, saat aku termenung sendiri di dalam becak (setelah sebelumnya pandanganku terasa gelap, untung saja tidak jatuh pingsan, ada ada saja kali itu haha) sembari menunggu belanjaan dan mama yang tengah membayar belanjaan terakhir tak jauh dariku, aku terpikirkan untuk melakukan sebuah kampanye, mungkin(?)
Entahlah, aku juga bingung menyebutnya apa...
Namun, sontak saja pikiran "kampanye" ini terlintas di kepalaku...
Aku rasa hari itu sepertinya bertambah banyak orang-orang yang mengharapkan bantuan orang lain di pasar itu, baik yang "meminta secara langsung", berusaha dengan menjual suara mereka ataupun  yang hanya mendekat dan tak mampu berkata-kata...
Belum lagi, masih banyak pedagang yang kulihat mungkin belum ada yang membeli dagangannya satupun hari itu...
Satu hal yang begitu menyentuh hatiku, bapak pedagang balon yang sudah menua itu...
Ingin aku menangis di sana, tapi tentu ku tahan, aku tidak akan memalukan diriku di depan umum seperti itu...
Bapak itu duduk termenung sendiri dan sesekali membunyikan balonnya untuk menarik perhatian, tapi tak ada satupun yang mendekat...
Begitu iba aku melihatnya...
Mungkin itu hanya satu dari sepersekian orang yang mengalami hal yang sama...
Miris hati ini melihatnya...
Di tengah keadaan pandemi yang seperti itu ini, tentu akan menjadi lebih sulit bagi banyak orang...
Belum lagi, beberapa hari yang lalu saat melintas di jalanan Jakabaring, begitu banyak kulihat orang-orang yang duduk di pinggir jalan, tukang becak, pengumpul barang bekas dengan gerobak atau karungnya terlihat lelah di pinggir jalan...
Satu atau dua orang pun terlihat duduk lemah sembari membawa tulisan "Kami butuh sembako", "Kami butuh beras untuk makan"
Miris rasanya...
Sebuah kebetulan, terlihat ada satu mobil yang sepertinya tengah membagikan makanan, mereka pun datang menghampiri dan berkerumun di mobil itu, terlihat beberapa orang yang jaraknya jauh dari mobil itu pun langsung berlari kencang mengarah ke mobil itu....
Terlepas mereka sekadar mencari kesempatan atau tidak di tengah pandemi ini, tapi yang pasti mereka tentunya lebih membutuhkan bantuan...

Seolah semakin menyadarkan diri ini dan semakin bertekad untuk melakukan "kampanye" atau rencana yang sempat terlintas di becak waktu itu, hingga akhirnya aku menuliskannya di sini (semoga kelak jika aku lupa akan niat ini aku dapat membaca kembali tulisan ini dan menjadi penyemangatku untuk terus melakukannya).

Satu pemikiran yang langsung datang begitu saja saat aku duduk di becak itu ialah kebiasaanku yang terkadang masih suka membeli makanan secara daring melalui aplikasi.
Sontak saja terpikirkan olehku, terkadang aku membeli makanan itu bukan karena butuh, tetapi karena ingin.
Terbayang olehku jika saja, aku benar-benar membeli makanan di saat aku butuh, bukan saat aku ingin. Berapa banyak uang yang dapat aku simpan dan alihkan untuk mereka yang lebih membutuhkan, mungkin memang jumlahnya tak terlalu besar. Tapi, bukankah ada peribahasa "Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit"? Terlepas memesan makanan melalui daring mungkin juga dapat membantu pedagang rumahan dan ojek yang mengantarkan. Tetapi, rasanya akan lebih bijak bagiku, jika aku bisa membeli makanan di saat aku butuh bukan di saat aku ingin sehingga aku dapat mengalihkan "dana" yang seharusnya kubelikan makanan saat "aku ingin" itu untuk orang yang lebih membutuhkan.

Pemikiran berikutnya yang juga langsung terlintas di benakku, membeli handphone. Pemikiran ini mungkin muncul karena faktor handphone yang sekarang sudah menunjukkan tanda-tanda hahaha.
Lucu sebenarnya jika diingat, sampai sekarang pun saat menulis ini, dibenakku sebenarnya masih terdapat perdebatan akan hal ini wkwkwk
Memang sepertinya handphone yang kumiliki saat ini Alhamdulillah masih dapat berfungsi dengan baik. Namun, sejatinya manusia saja pastinya akan memenuhi ajalnya, sepertinya handphone ku ini juga sudah mulai menunjukkan tanda-tanda usia tuanya. Kalau diingat, memang sudah terbilang cukup lama dan sudah menunjukkan tanda-tanda akan penuhnya kapasitas penyimpanan sepertinya sebentar lagi.
Namun, bukan itu yang ingin kubahas. Bukan curhatku tentang handphone ini. Sungguh aku  masih sangat menyayanginya dan kalau bisa tetap ingin bersamanya, tapi sepertinya takdir akan berkata lain. Karena memori penyimpanan yang terlihat akan penuh dalam 1 tahun mendatang hahaha.
Terpikirkan olehku mengapa aku harus memilih, sebagai contoh, handphone yang mungkin harganya berkali-kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan handphone lain yang tentu fungsinya juga sama.
Bukankah inti fungsinya sebagai media untuk berkomunikasi? Lalu, mengapa aku harus memilih yang harganya lebih tinggi?
Terlintas pemikiran yang kedua di benakku, sepertinya kalau aku juga mengalihkan sebagian dana untuk hal yang lebih membutuhkan dan tetap mendapatkan barang dengan fungsi yang sama mengapa tidak, bukan?
Lalu, mengapa aku juga tidak menerapkan prinsip yang sama untuk hal-hal lainnya?
Dimana aku membeli sesuatu karena aku butuh, bukan karena aku ingin atau "seolah-olah butuh", sedangkan sisa dananya dapat aku gunakan untuk membantu yang lain yang lebih membutuhkan atau lebih bermanfaat.

Bukankah kelak semuanya akan dimintakan pertanggungjawaban di akhirat?
Bahkan tangan dan kaki kita pun akan memberikan kesaksian kelak? (untuk membaca lebih lanjut, bisa dilihat di QS. Yasin:65)

Wallahu'alam bisshawab
-------------------------------------
Semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat bagi diriku dan jika ada manfaatnya bagi pembaca dapat diambil dan diterapkan..
Serta melalui tulisan ini juga sekali lagi aku ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua orang yang telah terlibat di "Kita Bisa!"
Saran ataupun tukar pikiran dari kalian sangat aku harapkan akan apa yang telah aku tulis di sini...
Bisa kontak aku melalui seluruh sosmed aku yaa!xx
Memang rencananya ke depan akan ada beberapa tulisan yang mungkin sudah lama di pikiranku tapi belum menemukan orang yang tepat untuk diajak bertukar pikiran haha
Semoga kalian semua dapat memberikan saran dan masukan setelah membaca ini yaa!!
Dan semoga kita semua berada dalam lindungan Allah swt Aamiin...
Mohon maaf apabila ada salah kata/perbuatan yaa



-Aku, kamu, kita bisa!-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

SMP Negeri 1 Palembang

Assalamu'alaikum! Post kali ini akan membahas singkat tentang SMP Negeri 1 Palembang yang merupakan SMP tercintaku!!:3  Post di sini juga berdasarkan pengalaman pribadi yaa~ Mari mulai SMP Negeri 1 Palembang aka spensa palembang, merupakan satu-satunya SMP peninggalan zaman Belanda di Kota Palembang. Hal ini terbukti dengan gedung bangunan lama yang bergaya zaman Belanda dengan pintu & jendela yang besar dan panjang. SMP Negeri 1 Palembang berlokasi di Jalan Pangeran Ario Kesuma Abdurohim, Talang Semut, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dulunya SMP Negeri 1 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI, namun semenjak RSBI dihapuskan SMP Negeri 1 Palembang tetap menjadi sekolah unggulan & favorit di Palembang. Dulu spensa pernah memiliki 2 jenis kelas yaitu, reguler dan bilingual. Namun, semenjak tahun 2010-2011 saat masih ada program RSBI, spensa sepenuhnya menggunakan program bilingual, kelas reguler dihapuskan. Lalu, setelah program RSBI dihapuskan ya be...

2020

Here's a recap of 2020 ... 2020 Pandemi yang mendominasi... 16 Maret 2020... Pertama kali semua kegiatan perkuliahan secara tatap muka dihentikan... Semua kegiatan di luar perkuliahan, Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, turut dihentikan... Maret - Mei masih hangat akan berita lockdown , PSBB, beserta berbagai protokol kesehatan lainnya... Akhir Mei, lebaran datang menghampiri... Juli - Agustus, tertarik akan berbagai isu perkuliahan yang akan segera dimulai atau yang sempat tertunda September - Desember, seolah sudah kembali "normal", " new normal" diiringi dengan berbagai "Adaptasi Kebiasaan Baru"... Terima kasih, 2020 telah... mengajarkan aku untuk semakin menghargai semuanya, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, semakin menyadarkan aku di atas langit masih ada langit, meyakinkan aku bahwa semua orang punya prinsip dan cara bahagianya masing-masing, berhasil membuatku untuk mengikhlaskan, menamparku bahwa untuk selalu belajar dalam segala h...