Susah ya merelakan,
Susah ya mengikhlaskan.
Cita-cita dari dulu, sejak kecil.
Impian besar yang sejak dulu selalu diidamkan.
Saat ditanya, "mau jadi apa?"
Jawabnya selalu, "dokter"
Dukungan dan harapan dari orang terdekat semakin kian menambah semangat agar cita-cita itu terwujud.
Meski di akhir sebelum menentukan jurusan, sempat merasa patah arang, tak mampu menjadi seorang dokter, karena tanggung jawab yang dirasa sangat besar, bisa jadi menyangkut nyawa taruhannya, namun dukungan dan semangat terus mengalir dari orang terdekat.
Hingga perjalanan di bangku sekolah selama 12 tahun terbayarkan sudah.
Saat melihat pengumuman, terlihat warna hijau di layar yang sontak saat itu juga tangis haru langsung pecah dan tak lupa sujudku kepada-Mu.
12 tahun selama ini benar-benar terasa terbayarkan, rasa puas dan bersyukur yang tak terkalahkan.
Mungkin dulu beberapa orang juga banyak yang bertanya "les terus, ga capek?" atau banyak yang berpikir terlalu ambisius mengejar nilai hingga terdengar kabar berita tak sedap tentang diri sendiri.
Belum lagi kadang dianggap sebelah mata, egois, tak dapat membagi waktu.
Hingga perselisihan dengan seseorang yang seolah ia menutupi sesuatu, takut untuk bersaing secara sehat.
Namun, aku tak ingin ambil pusing dengan semua itu, ini hidupku, ini caraku.
Tapi, cita-citaku bukanlah perkara yang kecil, menyangkut masa depan, kebanggan keluarga, harapan satu-satunya kedua orang tuaku.
Walau kedua orang tua dan keluarga tak pernah menekanku untuk menjadi orang hebat, namun dari diri sendiri aku sadar.
Terlebih lagi tinggal sendiri dengan mama, tak sama dengan yang lainnya.
Terkadang merasa bingung dengan orang-orang yang masih mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua, bukankah harusnya mereka mendapatkan perhatian lebih?
Tapi, justru terkadang semangat mereka untuk menata masa depan seolah tak terlihat...
Seolah banyak yang ingin terlalu bersenang-senang dahulu dengan masa mudanya...
Namun, aku tak pernah menyesal dan marah baik dengan orang tua maupun dengan Dia, sang Pencipta yang sudah menakdirkan semua ini.
Tak pernah aku merasa bosan atau tak menikmati masa-masa sekolahku selama ini.
Semuanya kujalani seperti biasanya.
Mungkin aku terlihat jarang untuk bermain atau sekedar berkumpul bersama teman?
Karena aku juga punya cara tersendiri untuk bahagia, dengan lebih dekat dengan keluarga terutama Mama.
Karena satu-satunya harta paling berhargaku yang tersisa saat ini adalah Mama.
Aku merasa semuanya telah ditakdirkan oleh Allah.
Masa-masa sulitku juga kulalui.
Dimulai dari awal masuk sekolah yang penuh akan tekanan.
Hingga ketidakpercayaan diriku di akhir bangku sekolah, yang seolah tak siap untuk berbagai ujian, materi yang belum sangat matang.
Namun, Allah berkata lain seolah saat berbagai ujian itu kulewati Allah lah yang membantu semuanya.
Semakin kusadari di akhir bangku sekolah ini, selama ini usahaku tak pernah maksimal, namun berkat doa dan pertolongan Allah lah yang membuat hasilnya berkata lain.
Banyak yang tak percaya bahwa terkadang aku memang tak memahami semua materia, namun sebenarnya itu adalah kenyataannya.
Semua ini sudah ada di dalam skenario-Nya, hanya perlu memainkan dan bersyukur kepada-Nya.
Semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Hingga akhirnya saat ini, cita-citaku yang sejak dulu kuimpikan.
Menjadi seorang dokter.
Mengenakan jas putih.
Memberikan senyuman terbaik kepada pasien.
Membantu mereka dalam kesusahan.
Atau hanya untuk bekerja untuk di bidang kesehatan pun harus terenyahkan.
Sejak dulu, selalu terinspirasi untuk bekerja di rumah sakit walau tanpa harus menjadi dokter sekalipun.
Sekarang seolah semuanya terkubur dalam dalam dan telah terkunci rapat.
Keuangan dan kesehatan seolah olah dua bidang yang tak ada kaitannya.
Terpikir sekalipun tak pernah dibenakku.
Membayangkan untuk bekerja di bidang selain kesehatan, rasanya benar-benar tak pernah tepikirkan olehku sekali saja.
Membayangkan harus merantau, pergi jauh dari rumah, seorang diri.
Membayangkan harus jauh dari harta paling berhargaku, Mama.
Rasanya sulit sekali untuk mengikhlaskannya.
Namun, sekarang aku harus ikhlas dan menjalaninya sepenuh hati.
Berharap kepada-Nya akan pertolongan-Nya agar aku dapat menamatkannya dengan waktu yang telah ditentukan dan dengan hasil yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar