Langsung ke konten utama

Emerald

Sudahlah, Berlian...
Meski kau terus berkilah bahwa kau tak pernah menyimpan rasa kepada Emerald...
Permata lebih tahu bahwa kau menyimpan rasa kepadanya...
Kau seolah terus menutupinya, Lian...
Tak pernah memberi tahu kebenarannya...
Tanpa kau sadari, Mata terus tersakiti oleh ulahmu...
Memang, kau tak pernah berkata kau menyimpan rasa kepadanya...
Namun, dari caramu menatapnya, caramu membicarakannya, seolah-olah selalu ada perasaan menggebu-gebu dalam dirimu tentang Emerald...
Seolah kau hanya berkata "itu adalah sebuah kesalahan" di depan Mata
Namun, saat kau tak sedang bersama Mata kau terus masih mencari tahu mengenai Emerald
Kau berkata kau tidak menyukainya, namun dari caramu membicarakan Emerald sangat berbeda drastis, seratus delapan puluh derajat...
Atau mungkin memang kau tak pernah menyadari...
Atau mungkin memang kau tak ingin mengakui...
Kau punya rasa kepada Emerald...
Namun, kau selalu berusaha untuk menutupinya...
Tak tahukah kau?
Mata hingga saat ini masih tersakiti, tanpa kau tahu...
Kau memang tidak melakukan kesalahan, namun dari caramu seolah kau masih mengharapkan Emerald...
Mungkin kau hanya berpikir itu hal biasa, namun tidak untuk Mata, Lian...
Perasaan seorang wanita tentu berbeda, Lian...
Pemikiran seorang wanita berbeda, Lian...
Mungkin terkadang kau hanya mengganggap sesuatu biasa saja...
Namun, tanpa kau ketahui Mata menangis dalam kesendiriannya...
Seolah, terkadang Mata bukanlah apa-apa dimatamu dibandingkan Emerald...
Mata yang selama ini selalu berjuang demimu, lenyap sudah saat kau bertemu Emerald
Seakan semua yang dulunya hanya untuk Mata, terbagi menjadi untuk Emerald jua...
Tanpa kau sadari...
Tidakkah kau menyadari Lian bagaimana perasaan Mata saat kau masih membicarakan Emerald dihadapannya?
Tidakkah kau lihat sorot mata yang seketika redup di matanya?
Tidakkah kau lihat senyum palsunya itu?
Ia terus tersenyum, seolah menanggapi dengan biasa saja, justru terkadang ia tertawa di depanmu saat kau berbicara mengenai Emerald
Namun, tahukah kau ia sedang tersakiti?
Ia sedang memasang senyum palsunya?
Entah apalagi yang harus dilakukan Mata...
Meski terkadang kau seolah-olah membuat ia terbang ke langit...
Meski terkadang kau seolah-olah mengabaikannya...
Ia hanya dapat bersabar dan menyembunyikan semuanya...
Ia hanya mencoba untuk berlaku seperti biasa...
Ia tak ingin terus berada dalam kepalsuan ini...
Terkadang ia bingung, Lian untuk melakukan apa...
Agar kau tak mengetahuinya, Lian...
Sejujurnya, katakanlah Lian apa yang sebenarnya...
Permata atau Emerald...
Jika, memang semua itu telah berubah menjadi Emerald apa sulitnya mengakui kebenaran?
Tak perlu ditutupi...
Lebih baik kau memberi tahu yang sebenarnya kepada Mata...
Daripada kau terus seolah memberi kebahagiaan palsu kepada Mata namun sesungguhnya hatimu untuk Emerald...
Apa susahnya berterus terang, Lian?
Jika kau terus begini, bukan hati Mata saja yang tersakiti, hatimu juga tersakiti, Lian...
Kau merelakan perasaanmu mati untuk Emerald demi Mata yang sebenarnya tidak sama sekali kau harapkan lagi...
Yakinlah, Mata pasti mengerti jika kau menjelaskannya...





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

SMP Negeri 1 Palembang

Assalamu'alaikum! Post kali ini akan membahas singkat tentang SMP Negeri 1 Palembang yang merupakan SMP tercintaku!!:3  Post di sini juga berdasarkan pengalaman pribadi yaa~ Mari mulai SMP Negeri 1 Palembang aka spensa palembang, merupakan satu-satunya SMP peninggalan zaman Belanda di Kota Palembang. Hal ini terbukti dengan gedung bangunan lama yang bergaya zaman Belanda dengan pintu & jendela yang besar dan panjang. SMP Negeri 1 Palembang berlokasi di Jalan Pangeran Ario Kesuma Abdurohim, Talang Semut, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dulunya SMP Negeri 1 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI, namun semenjak RSBI dihapuskan SMP Negeri 1 Palembang tetap menjadi sekolah unggulan & favorit di Palembang. Dulu spensa pernah memiliki 2 jenis kelas yaitu, reguler dan bilingual. Namun, semenjak tahun 2010-2011 saat masih ada program RSBI, spensa sepenuhnya menggunakan program bilingual, kelas reguler dihapuskan. Lalu, setelah program RSBI dihapuskan ya be...

2020

Here's a recap of 2020 ... 2020 Pandemi yang mendominasi... 16 Maret 2020... Pertama kali semua kegiatan perkuliahan secara tatap muka dihentikan... Semua kegiatan di luar perkuliahan, Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, turut dihentikan... Maret - Mei masih hangat akan berita lockdown , PSBB, beserta berbagai protokol kesehatan lainnya... Akhir Mei, lebaran datang menghampiri... Juli - Agustus, tertarik akan berbagai isu perkuliahan yang akan segera dimulai atau yang sempat tertunda September - Desember, seolah sudah kembali "normal", " new normal" diiringi dengan berbagai "Adaptasi Kebiasaan Baru"... Terima kasih, 2020 telah... mengajarkan aku untuk semakin menghargai semuanya, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, semakin menyadarkan aku di atas langit masih ada langit, meyakinkan aku bahwa semua orang punya prinsip dan cara bahagianya masing-masing, berhasil membuatku untuk mengikhlaskan, menamparku bahwa untuk selalu belajar dalam segala h...