Mau tidak mau, harus tidak harus, semua pasti akan berakhir...
Namun, berakhir dengan cara yang berbeda...
Apa yang memiliki awal tentu memiliki akhir...
Namun, tak ada yang tahu bagaimana akhirnya...
Bisa saja bahagia atau sedih atau menggantung.
White Lie.
Mungkin pernah terpikirkan olehku bahwa akhirnya akan seperti ini, namun tak pernah terbayangkan olehku bahwa itu akan menjadi kenyataan. Bersamamu. Susah payah aku mencoba untuk meneguhkan pendirianku, agar tidak kembali lagi jatuh ke lubang yang sama. Tapi apa daya, saat pikiran berusaha keras untuk menolak, namun hati masih mengatakan sedikit untuk menerima. Walau hanya sedikit, namun jika hati yang berbicara mungkin itu bisa menjadi masalah besar.
Berbeda, rasanya. Sangat berbeda. Aku pikir tak ada yang berubah, namun ternyata hatiku juga sejalan dengan pikiranku sekarang untuk menolak. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Sekarang aku hanya bisa pasrah dan mengikuti skenario kehidupan yang mungkin memang sudah dituliskan untukku oleh-Nya. Aku hanya bisa berdoa, berharap dan pasrah bahwa hal ini dapat memberi dampak yang positif bukan negatif. Aneh rasanya, canggung. Ntahlah, mungkin sekarang aku sedikit membenci diriku. Karena, tak pernah bisa teguh dengan pendirian, terlalu mudah untuk mengatakan 'ya', dan tak pernah tega untuk mengatakan 'tidak'.
Mungkin sekarang kau sedang bahagia, tapi tahukah kau bahwa aku dan dia mungkin sekarang sedang bersedih? Ya, dia. Tak ada yang tahu apa kabar dia sekarang, apakah dia sudah mengetahui atau belum. Terlalu sakit rasanya jika dia mengetahui tentang hal ini. Aku tak mau mendengar dia 'sakit'. Cukup sekali saja dia disakiti oleh orang tersebut, jangan tersakiti juga olehku karena kau. Tapi walau bagaimanapun, cepat atau lambat tentu hal ini juga akan terdengar olehnya. Aku tak tahu apa reaksinya nanti. Aku harap dia juga tak ikut membenciku seperti yang ia lakukan dahulu.
Aku mungkin baru tersadar sekarang, mungkin aku khilaf saat itu. Mungkin aku baru menyadari, di saat aku terjatuh lagi di lubang yang sama bahwa aku lebih memilih dia. Benar mungkin pepatah yang mengatakan, 'saat kau berada di dua pilihan, pilihlah yang terakhir datang, karena kau tidak mungkin meninggalkan yang pertama jika memang dia pas untukmu'. Sekarang aku tak bisa apa-apa hanya bisa seperti ini, mengikuti alur saja, berharap suatu keajaiban akan datang dalam waktu dekat.
Teruntuk kau,
Maafkan aku, jika memang aku salah sekarang. Tolong mengerti keadaan, aku mengertimu bahwa kau sedang bahagia. Tapi tidakkah kau peka? Bahwa aku sudah mulai merasa ada yang aneh? Kuharap kau peka dan dapat dengan cepat mengambil keputusan.
Teruntuk dia,
Maafkan aku, jika kau telah mendengar hal itu. Aku tak bermaksud menyakitimu, sungguh. Mungkin saat itu, hati dan pikiranku masih terlalu labil. Tapi, aku tahu sekarang yang aku inginkan. Walau kita terlalu terlihat seperti childish, saling menghindar, tak pernah bertegur sapa, hanya berani berkata dalam diam, tapi aku tahu apa yang sebenarnya terjadi. Maafkan aku dan kuharap kau tak membenciku. Karena aku sadar, mungkin memang kau yang tepat.
Tertanda,
aku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yeayyy, selesai wkwkwk. Maafkan saya jika posting-an kali ini mulai sedikit ngga jelas lagi hehe. Sekadar mengingatkan lagi itu hanya fiksi belaka.
Teruntuk readers yang sering membaca dan sering mampir ke sini, saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, yang kemarin nganon di askfm juga makasih ya udah ingetin buat post bulan ini wkwk. Tapi coba off anon sesekali:(
Bye!
Komentar
Posting Komentar