Langsung ke konten utama

Akhi, bantu aku...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Di malam ini atau lebih tepatnya dini hari ini(?) saya akan menulis sebuah cerita lagi hehe.
Sekali lagi mohon maaf jika cerita ini menyinggung atau menyindir atau tidak berkenan di hati pembaca sekalian, karena sebenarnya ini hanyalah sebuah ketidaksengajaan dan sama sekali tidak bermaksud apapun.
Selamat membaca^^
Sebelumnya, jikalau memang pembaca tidak berkenan, membacanya tidak usah diteruskan juga tidak apa-apa kok dan maaf kalau terdapat beberapa kalimat yang kurang tepat karena ilmu yang saya dapat belum seberapa, karena saya juga masih belajar hehe.

-Perhatian-
Jangan baper (bawaan laper maksudnya)


Akhi, bantu aku...

Pertemuan pertama kita mungkin memang tidak berkesan, entah kapan aku pernah bertemu denganmu. Apakah pertemuan pertama kita ialah pertemuan pertama yang kita ingat atau sebelumnya kita pernah bertemu sebelum aku mengenalmu? Pernahkah kita bertemu saat masih anak-anak atau bayi atau bahkan saat kita masih berada di kandungan? Apakah kita pernah dipertemukan sebelumnya? Entahlah, aku tak ingat kapan pertemuan pertama kita. Namun, aku bersyukur kau dan aku sempat dipertemukan.

Pertemuan yang mungkin secara tidak sengaja atau memang sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Sungguh, pertemuan yang seperti biasa saja. Tak saling mengenal. Kau diam. Aku diam. Tak banyak bicara. Dipertemukan dalam rangka partner kerja. Kita memilih lebih banyak diam, karena sebelumnya aku tak mengenalmu dan kau juga tak mengenalku. Mungkin kita hanya tahu sebatas nama, n a m a. Mungkin saat itu justru aku tak mengetahui namamu, yang kutahu kita dipertemukan dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Berawal dari situ dimulai...

Awalnya aku tak pernah menyangka, bahwa kita akan menjadi sedekat ini. Tak pernah kubayangkan. Teman? Iya. Teman yang berawal dari orang asing, tak saling mengenal. Dekat? Sangat. Sekarang kita sangat dekat. Sahabat? Ntahlah. Aku tak mengerti kau itu apa, teman tetapi kita begitu dekat. Sahabat? Sepertinya juga kurang tepat. Teman chat? Terlalu sadis. Teman dekat? Apa itu teman dekat. Pacar? Bukan. Saudara? Kita dilahirkan dari rahim yang berbeda. 

Hari-hariku semenjak pertama kali kita bertemu, awalnya biasa saja. Aku menganggapmu sebagai teman biasa saja, kau sering menemaniku walau hanya sebatas chat dan aku tetap merasa biasa saja seperti temanku yang lain. Ya, bercanda, tertawa, terkadang berbagi cerita bersama, itu yang sering kita lakukan walau hanya sebatas 'chat' dan terkadang kita hanya membahas hal yang tidak penting dan diperdebatkan. Ah, lucu dan indahnya jika mengingat semua itu. 

Hari demi hari berlalu, kau dan aku semakin dekat. Ntah sudah berapa bulan kedekatan kita, namun kau sempat menghilang di tengah kedekatan kita. Aku tak tahu apa yang membuatmu menghilang tiba-tiba begitu saja, layaknya angin yang berhembus. Hilang. Kau menghilang. Kau tak pernah menghubungiku, bahkan kau tak pernah bertegur sapa denganku. Bertemu denganku saja, kau menghindar. Aneh rasanya. Sungguh aneh. Dulu kita terasa sangat dekat dan sekarang hilang begitu saja.

Aku mulai merasa kehilangan dirimu, merasa sepi. Ya walau aku masih memiliki teman-teman yang lain, namun aku merasa sepi. Hilang. Karena begitu tiba-tiba. Ingin rasanya aku bertanya kepadamu apa salahku, karena kau tiba-tiba menghilang. Tetapi, aneh rasanya jika aku yang bertanya kepadamu. Akhirnya aku memilih untuk diam dan mencoba untuk ikhlas untuk kepergianmu yang tiba-tiba, karena aku yakin seiring waktu aku akan bisa melupakan kegundahanku. Tapi aneh rasanya, ada yang aneh. Hatiku merasa tidak ikhlas kau pergi tiba-tiba, logikaku juga ikut berpikir apa alasanmu meninggalkan ku tiba-tiba. Namun, aku tetap tidak ingin menanyakannya dan berpura-pura tidak mengetahui.

Hari-hari kulewati, kau dan aku tidak pernah bertegur sapa. Justru kita saling menghindar satu sama lain. Aneh rasanya. Tapi, aku sudah mencoba untuk mengikhlaskanmu, walau hati ini rasanya berat...
Hingga...

Kita dipertemukan kembali dalam suatu kegiatan, kau dan aku masih saling diam, tak mau bertegur sapa. Namun, pada akhirnya es keras yang berada di dalam hati kita untuk tidak saling bertegur sapa, perlahan mencair. Kau kembali menghubungiku, senang rasanya dalam hatiku. Ntah, aku tak mengerti apa itu. Tetapi, aku merasa sangat bahagia. Karena, aku tak mengerti rasanya, yang kutahu aku hanya bahagia berada di dekatmu. Semakin hari kita semakin dekat, sangat dekat, seolah-olah kau tak akan pernah pergi menjauh dariku kembali. 

Berita lain mulai muncul, tersebar dari kabar burung kudengar ada seseorang yang juga ingin berada di dekatmu. Aku pun mulai tersadar, ada rasa yang aneh saat mendengar kabar itu. Namun, aku hanya diam dan berpura-pura tidak tahu. Aku tidak ingin pusing dengan hal itu, karena sekarang aku sudah pasrah. Walau kau masih dekat denganku, namun aku sudah pasrah jika kau memang pada akhirnya bersama dia. Walau orang-orang meyakinkanku bahwa kau akan selalu dekat denganku. Aku pasrah.

Akhir-akhir ini kau berubah kembali, entah apa tetapi kau berubah. Sangat-sangat berubah. Singkat. Jarang. Terlalu biasa. Aku tak mengerti, apakah ini tanda-tanda kau akan pergi lagi?

Jika iya....

Akhi, bantu aku untuk istiqamah di jalan-Nya.
Aku mohon bantu aku istiqamah.
Sudah cukup kedekatan kita di sini saja, aku memilih untuk menghentikannya sementara waktu. Jika memang nanti suatu saat kita memang akan bertemu lagi, itulah saatnya. Namun sekarang yang aku inginkan hanyalah istiqamah. Bantu aku, akhi...
Pergilah bersama dia saja, jangan denganku.
Dekat boleh, namun aku rasa kedekatan seorang teman tidak seperti ini.
Akhi, bantu aku istiqamah...
Karena ku yakin kau mengerti maksudku.
Bukannya aku tak mau bersamamu, tapi aku takut akan Allah swt. aku ingin menjadi hamba-Nya yang taat.
Maafkan aku, akhi.
Jika pada akhirnya kau dan aku tak bisa bersama untuk sekarang...




-------------------------SELESAI-------------------------








HALOOO!!!!
Gimana? hehehehehehehehehe
Maaf ya kalau ada yang tersinggung atau tak berkenan di hati, toh penulis hanya menuliskan imajinasinya saja:3
Sekali lagi mohon maaf jika ada kesalahan dan fiksi kok fiksi ceritanya tidak berdasarkan kisah nyata, hanya cerita karangan di dini hari^^

Sekali lagi mohon maaf jika tidak berkenan di hati kalian semua!
Bye!
Selamat pagi(?)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Cerita Hidup: Kedokteran atau STAN

Ah, baru beberapa hari juga aku meninggalkannya.. Aku rindu. Dulu, setiap kembali ke sana, aku merasa sedih. Sekarang? Meninggalkannya ternyata begitu berat jua. Bintaro... Tempatku belajar ilmu kehidupan selama kurang lebih satu tahun.. Politeknik Keuangan Negara STAN, Kampus Ali Wardhana... Kampus kebanggaanku! Ya, aku sangat bersyukur dan bangga karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk berkuliah di kampus ini. Kampus impian begitu banyak orang. Kampus dimana yang mengajarkan aku untuk semakin banyak bersyukur atas nikmat-Nya. Miniatur Indonesia? Hm.. bisa jadi. 20 Juli 2018 Tepat hari itu aku mengundurkan diri dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Sedih bercampur haru menjadi satu di hari itu. Rasanya berat juga meninggalkan semua yang ada di sana. Teman-teman, dosen, lingkungan kampus, dan semua hal yang ada di sana... Serta semua hal yang bermula di sana... Hari itu, menjadi awal bagiku untuk memulai kembali lembaran baru dari kisah kehid...

SMP Negeri 1 Palembang

Assalamu'alaikum! Post kali ini akan membahas singkat tentang SMP Negeri 1 Palembang yang merupakan SMP tercintaku!!:3  Post di sini juga berdasarkan pengalaman pribadi yaa~ Mari mulai SMP Negeri 1 Palembang aka spensa palembang, merupakan satu-satunya SMP peninggalan zaman Belanda di Kota Palembang. Hal ini terbukti dengan gedung bangunan lama yang bergaya zaman Belanda dengan pintu & jendela yang besar dan panjang. SMP Negeri 1 Palembang berlokasi di Jalan Pangeran Ario Kesuma Abdurohim, Talang Semut, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dulunya SMP Negeri 1 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI, namun semenjak RSBI dihapuskan SMP Negeri 1 Palembang tetap menjadi sekolah unggulan & favorit di Palembang. Dulu spensa pernah memiliki 2 jenis kelas yaitu, reguler dan bilingual. Namun, semenjak tahun 2010-2011 saat masih ada program RSBI, spensa sepenuhnya menggunakan program bilingual, kelas reguler dihapuskan. Lalu, setelah program RSBI dihapuskan ya be...

2020

Here's a recap of 2020 ... 2020 Pandemi yang mendominasi... 16 Maret 2020... Pertama kali semua kegiatan perkuliahan secara tatap muka dihentikan... Semua kegiatan di luar perkuliahan, Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, turut dihentikan... Maret - Mei masih hangat akan berita lockdown , PSBB, beserta berbagai protokol kesehatan lainnya... Akhir Mei, lebaran datang menghampiri... Juli - Agustus, tertarik akan berbagai isu perkuliahan yang akan segera dimulai atau yang sempat tertunda September - Desember, seolah sudah kembali "normal", " new normal" diiringi dengan berbagai "Adaptasi Kebiasaan Baru"... Terima kasih, 2020 telah... mengajarkan aku untuk semakin menghargai semuanya, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, semakin menyadarkan aku di atas langit masih ada langit, meyakinkan aku bahwa semua orang punya prinsip dan cara bahagianya masing-masing, berhasil membuatku untuk mengikhlaskan, menamparku bahwa untuk selalu belajar dalam segala h...